
GenPI.co - Pulang dari makan malam di kelong, di Watubesar, Inayah memintaku menemaninya kembali ke pesantren. Edo saya minta pulang sendiri.
Di mobil, selama perjalanan ke Watuaji, Inayah bercerita banyak tentang rencana-rencananya mengembangkan pesantren, koperasi, dia bahkan punya ide bikin majalah dakwah.
”Redaksinya siapa?” tanyaku.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Judi dan Jatah, Siapa Membunuh Putri (19)
”Anak-anak pesantren. Kamu sudah lihat tulisan mereka kan?”
”Sudah, bagus-bagus. Beberapa dari mereka berbakat. Siapa itu? Indra sama Aidil itu yang paling berbakat.”
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Teror di Radio, Siapa Membunuh Putri (16)
”Rodi juga. Anak dari panti dulu itu,” kata Inayah.
”Iya dia juga,” kataku.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Dipanggil, Siapa Membunuh Putri (16)
Tapi kuingatkan dia, untuk menerbitkan majalah tak hanya perlu penulis yang bagus. Perlu modal yang cukup untuk biaya cetak di tahun-tahun awal, perlu pengelola bisnis yang paham dunia media.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News