
Kegiatan diawali dengan apel kebangsaan mengenakan pita merah putih yang kemudian dilanjutkan doa bersama lintas agama, dan orasi agama dan kebudayaan. Acara yang digawangi dan dikomandani oleh Kantor Kesbangpol Wonosobo ini tambah meriah dengan sajian tarian binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.
Dwi Pranyoto, salah satu koreografer tari Tenongan mengungkapkan bahwa tari ini terinspirasi dari kata tenong, yakni sebuah wadah serba guna yang terbuat dari anyaman bambu. Tradisi tenongan berkembang di desa-desa agraris di kabupaten Wonosobo, seperti Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto, dan lain-lain. Bahkan, tradisi tenongan kini menjadi ikon tradisional masyarakat sekitar yang diselenggarakan setiap tahunnya.
Saat tradisi dilaksanakan, tenong diisi aneka lauk seperti ingkung, sambal goreng, mi, sayuran dan jajan pasar tradisional. Aneka makanan itu kemudian dibawa ke tempat upacara nyadran digelar. Nah, saat semuanya sudah berkumpul, warga lantas melantunkan ayat-ayat suci untuk mendoakan arwah para leluhur. Begitu selesai melantunkan ayat-ayat suci, warga akan berkumpul menjadi satu, dan bersam-sama menyantap aneka makanan yang tadi dibawanya dengan Tenong..
“Tari ini terinspirasi dari tradisi tenongan. Alur cerita tari ini adalah berdoa dahulu meminta keselamatan lalu, menari bersama layaknya pesta tenongan,” cerita Dwi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News