
"Ini penajaman penggunaan subsidi, sehingga APBN kita tidak tertekan yang mana sekarang ada Rp 502 triliun sudah disisihkan dan September ini akan habis. Kalau diteruskan di September, kita harus nambah lagi Rp 198 triliun," jelasnya.
Imron juga menyatakan, penggunaan minyak dengan berbahan fosil di sisi lain juga memiliki dampak buruk.
Pria yang pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia itu merasa grafik harga minyak dunia terus mengalami peningkatan sejak 50 tahun terakhir.
BACA JUGA: Erick Thohir Lakukan Ini Demi Minta Pertamina Jaga Pasokan BBM
Karena itu keberadaan energi berbahan fosil sangatlah terbatas jika terus menerus dieksploitasi dan mampu memproduksi karbon dioksida yang meracuni.
Apalagi Pemerintah Indonesia memiliki target bisa melakukan 30 persen reduksi emisi karbon untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
BACA JUGA: Demo Tolak BBM Naik, Buruh Bakal Aksi Besar-besaran pada 6 September
"Jika APBN terus terkunci hanya untuk memberikan subsidi BBM, maka upaya mereduksi emisi itu akan sulit tercapai," imbuhnya.
Imron meyakini Indonesia memiliki potensi pemanfaatan energi baru terbarukan yang melimpah, sehingga efisiensi APBN sudah seharusnya dilakukan dengan memberlakukan penyesuaian harga BBM.
BACA JUGA: Harga BBM Subsidi Naik di Indonesia, Luhut Bereaksi Begini
"Momentum strategis ini harus dimanfaatkan untuk mengalihkan atau setidak-tidaknya membaurkannya dengan energi terbarukan, menuju pada secara total menggunakan energi baru dan terbarukan," ungkapnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News