
Dimunculkanlah ekstremis yang disebut Komando Jihad. Untuk kemudian ditumpas habis. Orang Islam pun ketakutan untuk tidak memilih Golkar.
Pola Opsus ini masih terus dipakai dalam beberapa Pemilu berikutnya. Tahap berikutnya sembilan partai itu harus diringkas menjadi dua saja: partai spiritualis materialis dan partai materialis spiritualis. PPP dan PDI.
Indonesia pun stabil. Nama Muchtar banyak dikaitkan dengan Opsus ini. Karena itu pondok ini tidak pernah satu barisan dengan pondok besar Jombang lainnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Wabah PMK: Satindra
Ia tidak NU juga tidak Muhammadiyah –hanya ubudiahnya lebih dekat ke NU. Kemajuan pondok Muchtar justru lebih banyak dikelompokkan di satu barisan dengan pondok al-Zaitun di Kuningan, Jabar.
Padahal yang lima besar di Jombang itu pun juga ada yang mendukung Golkar sejak awal: KH Mustain Romli Rejoso, Peterongan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Penembakan: Rapper Jangkung
Di era itulah, di tahun 1970-an itu, berdiri bangunan bertingkat pertama di pondok Ploso. Di sebelah gubuk pertama.
Gedung itu diberi nama Majmal Bahrain. Pertemuan dua samudera. Kelak nama itu juga menjadi nama perguruan tinggi di kompleks pondok.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kondisi Sri Lanka: Nego Bangkrut
Kebangkitan besar berikutnya ketika didirikan kelompok Shiddiqiyyah putri. Awalnya diberi nama panjang: Jamiyah Kautsaran Putri Fatinah Binti Maimun Hibbatullah Dewi Ratna Swari Shiddiqiyyah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News