
Bertema keroncong, segala suguhan di HNF selalu diwarnai genre musik itu. Bahkan grup musik dari beberapa aliran, seperti punk, pop, dan rock juga bakal dikonsep keroncong. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan musik keroncong kepada anak-anak muda.
“Saya ingin menghidupkan kembali musik keroncong yang mulai ditinggalkan,” kata Guntur.
Selain aksi para pegiat keroncong, HNF juga menampilkan kesenian lain seperti tari-tarian. Ada pula mural fashion show batik karya 13 desainer setempat. namun sesuai konsep acara, semua suguhan tersebut diiringi dengan alunan musik keroncong.
HNF juga menjadi ajang pemberian penghargaan kepada pelaku seni di Gunung Kidul. Mereka di antaranya adalah pendiri logo Gunung Kidul Tjipto Swasno, pendiri Tugu Handayani Gunarto dan Tirik yang menciptakan mars Gunung Kidul.
Penghargaan juga diberikan kepada keluarga tokoh keroncong Gunung Kidul almarhum Manthous, serta pelestari keroncong Endah Laras.
Guntur mengaku, HNF dilakukan tanpa ada bantuan dari pemerintah setempat. Karena itu mereka harus mencari sendiri sponsor untuk membiayai acara tersebut.
"Kami mencoba menghubungi Dinas Kebudayaan tetapi tidak bisa (membantu anggaran). Akhirnya kami cari sponsor sendiri dan kira-kira kegiatan ini menghabiskan dana Rp70 juta,” katanya.
Anggaran tersebut hanya untuk alat, kostum, panggung dan lainnya. Sementara peserta festival yang berjumlah sekitar 450 seniman Gunung Kidul tak dibayar.
Guntur berharap pada pelaksanaan selanjutnya, HNF mendapat dukungan pemerintah khususnya dari segi anggaran. Sebab menurutnya, festival budaya itu adalah bagian daru upaya menarik wisatawan berkunjung ke Gunung Kidul. (ANT)
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News