
"Tetangga mereka pun tetangga lama. RT mereka pun RT lama," ujar Cak Thoriq. Dengan demikian semua aktivitas sosial mereka di kampung baru tidak ada yang berubah.
Di tanah lapang itu akan dibangun masjid, sekolah dan fasilitas olahraga. "Masjidnya akan dibangun oleh alumni Akabri," ujar Cak Thoriq.
Cak Thoriq adalah mantan aktivis mahasiswa. Ia Presiden BEM IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ia tokoh dalam gerakan mahasiswa di masa reformasi 1998.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Taktik Filibuster
Setelah reformasi selesai ia seperti kehilangan kesibukan. Apalagi kuliah pun sudah lulus: jurusan linguistik (Adab).
Maka ia putuskan untuk kuliah S-2 linguistik di University of Malaysia di Kuala Lumpur. Belum ada jurusan itu di Pascasarjana IAIN.
Untuk membiayai kuliah ia mengajar ngaji di sana. Ia diminta mengajar membaca Quran di tiga rumah. Yang diajar anak-anak asli Malaysia. Salah satunya mengajar juga orang tua si anak.
Tapi gaji mengajar di tiga rumah tidak cukup. Jauh dari keperluan. Maka Cak Thoriq putuskan: kerja di restoran.
"Setidaknya saya bisa makan gratis," katanya mengenang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News