
“Secangkir kopi kini sangat mudah didapatkan, jenis hidangan kopi juga tersedia dalam berbagai macam varian. Kemudahan itu membuat orang-orang memperlakukan kopi dengan seenaknya sendiri, membuang puntung rokok ke dalam cangkir kopi, menjadikan cangkir kopi sebagai asbak, dan anggapan yang sepele tentang minum kopi,” ujarnya.
Dalam pertunjukan berdurasi kurang lebih 12 menit ini, para seniman mengkolaborasikan antara musik etnik dan seni visual projector mapping, sebuah teknik yang menggunakan pencahayaan dan proyeksi sehingga dapat menciptakan ilusi optik pada objek serta video art.
Dialog, lantunan mantra dan nyanyian yang dilakukan dalam pertunjukan ini juga menggabungkan banyak lagu dan tembang Jawa seperti Angger Denok Laras Slendro, Ketawang Ibu Pertiwi Laras Pelog Pathet Nem, Gugur Gunung, Sengkalaning Bawana, dan komposisi-komposisi musik baru yang tersaji dengan apik.
“Konten pertunjukan visual ini juga menjadi sebuah narasi edukasi lika-liku proses untuk menghidangkan secangkir kopi.” Kata Luqmanul.
Kalian wajib tonton video yang satu ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News