
GenPI.co - Desa ini sunyi dan sepi. Letaknya yang di pegunungan menambahnya teduh dan damai. Memasuki batas desa ini tidak terlihat ada manusia.
Di jalan maupun di sepanjang mata bisa memandang: yang terlihat hanya rimbunan pohon bambu, tebing, jurang dan bukit.
Sampai di persimpangan jalan kecil itu tiba-tiba terbaca tulisan tangan merah berukuran mencolok: Wadas Menolak.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Muara Yusuf
Itu di pojok kiri. Di pojok kanan ada lebih banyak tulisan. Semua bernada perlawanan. Di pojok sebelahnya lagi ada gardu dari bambu. Ada gambar besar Gus Dur di situ.
Dilengkapi kalimat yang pernah diucapkan mantan Ketua Umum PBNU dan Presiden ke-4 RI itu: tujuan politik tertinggi adalah untuk kemanusiaan.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Ibu Anak
Saya cukup lama berhenti di simpang empat ini. Tidak ada orang lewat. Rupanya Desa Wadas merupakan desa terakhir di jalan itu.
Di belakangnya sana sudah gunung batu. Seluruh jalan di desa ini berada di antara tebing dan jurang. Tebingnya tidak tinggi.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Tiga Periode
Jurangnya tidak dalam. Tebingnya penuh tanaman. Jurangnya juga penuh tanaman.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News