
GenPI.co - Disway setahun terakhir diwarnai oleh pantun. Anda sudah tahu: pemicunya pembaca kita yang bernama Thamrin Dahlan.
Awalnya bertepuk sebelah tangan: tidak ada yang menghiraukan. Mungkin karena pantunnya sarat dengan nasihat.
Pak Thamrin tidak putus asa. Ia terus saja berpantun. Sampai kemudian ada yang ”menegur”: mana pantunnya.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Ulang Tahun
Rupanya hari itu Pak Thamrin berkomentar tanpa pantun. Berarti pantun Pak Thamrin sebenarnya tidak diabaikan.
Sampai pada suatu saat muncul Aryo Mbediun: sekali muncul, muncul sekali –sangat muncul.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Telanjur Pelindo
Mulailah terjadi variasi: muncul pantun jenaka, pantun pasemon, pantun rayuan, pantun cinta, dan pantun plesetan.
Tentu saya juga sering berpantun: kalau lagi pidato di Riau dan Riau Kepulauan. Di sana hidup penuh dengan pantun.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Ingat Tomy
Ibarat ikan dan air, pantun adalah air bagi manusia Melayu. Dan Riau adalah pusat Melayunya Indonesia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News