
GenPI.co - Kisah klasik di kawasan Cikapundung sebagai pusat distribusi surat kabar tampaknya harus rela tergerus gempuran teknologi.
Sejak era konvergensi media cetak ke daring pada 2010, penyusutan omzet mulai dirasakan para agen koran di Cikapundung.
Eneng misalnya. Wanita yang tinggal di Sukajadi ini sudah menjadi agen koran sejak akhir 90-an. Dia mengaku omzet yang didapatnya menurun hingga 10 kali lipat dibanding 20 tahun silam.
BACA JUGA: Witan Sulaeman Menggila, Media Malaysia Beri Peringatan dan Doa
Eneng ditemani seorang putrinya saat menjaga agen koran, dia sibuk melayani pesanan koran dari loper-loper yang membeli koran dari lapaknya.
"Dulu itu bisa sampai Rp 15 juta per hari (hasil penjualan). Sekarang sekitar Rp 1,5 juta saja," ungkapnya, Rabu (9/2/2022).
BACA JUGA: HPN 2022, M Nuh Dorong Media Eksplorasi Metaverse
Bila dipukul rata, awal 2000-an, dalam sehari Eneng bisa menjual hingga 1.500 eksemplar koran. Jumlah itu menyusut hingga sekitar 180 eksemplar saja pada 2022.
"Tapi mau bagaimana pun, kehadiran teknologi enggak bisa ditolak. Mungkin sekarang kebiasaan orang sudah bergeser," ucapnya.
BACA JUGA: Apriyani Rahayu Pisah dengan Greysia Polii, Media China Penasaran
Kendati jumlah penjualan menyusut jauh, tetapi para agen koran dan loper menyebut surat kabar masih punya segmen pembeli. Koko, selaku pemilik agen koran mengakui hal tersebut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News