
Waktu itu saya memang minta agar Pak Diah tampil di depan seluruh karyawan dan wartawan Merdeka.
Agar beliau sendiri yang menjelaskan mengapa menunjuk saya-dan bukan ke anaknya sendiri.
Pak Diah pun mengumpulkan karyawan di rumah beliau. Di sekitar kolam renang.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Imlek Pandemi
Dengan gaya pidatonya yang agitatif dan penuh humor. Pak Diah menguraikan alasan mengapa memilih saya.
Margiono pun pindah ke Jakarta. Ia memimpin Harian Merdeka yang hampir mati. Oplahnya, istilahnya, hanya satu becak-saking sedikitnya.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Sesal Istri
Mesin cetak koran itu juga sudah tua. Sudah sering batuk-batuk.
“Kapan saya dibelikan mesin cetak modern?” tanyanya pada saya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Ekstradisi Paulus
“Kalau oplah Merdeka sudah 40.000,” jawab saya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News