
“Tujuannya sebenarnya adalah mengingatkan kembali para generasi muda dan sekaligus sebagai atraksi budaya, maka agenda ritual Wiwit Metik Sata tahun ini dilakukan kembali sesuai adat dengan kelengkapannya agar menjadi menarik dan juga bisa menjadi atraksi budaya, dan sekaligus mengawali puncak agenda Festival Sindoro Sumbing,” katanya.
Setelah dilakukan prosesi Wiwit Metik Sata, dilanjutkan dengan arak-arakan tujuh tumpeng dan menyaksikan prosesi mengawinkan Manten Mbako. Harapan Agung, agenda bisa diangkat oleh para fotografer maupun jurnalis, sehingga budaya tersebut bisa hidup kembali.
“Peserta akan mengenakan pakaian Jawa dan mengikuti alur ritual dan yang masuk ke lahan mungkin tidak semuanya, agar ladang tembakau tidak rusak serta tidak mengganggu alur manten tembakau,” tambah Agung.
Kasi Seni dan Budaya Disparbud Wonosobo, Sri Fatonah Ismangil mengungkapkan bahwa kembalinya ritual ini juga salah satu cara untuk melestarikan tradisi dan budaya yang sudah hampir punah.
“Tradisi [Wiwit Metik Sata] yang turun temurun dilakukan ini sebenarnya punya makna dan nilai-nilai yang lebih, terutama untuk menjaga kelestarian alam. Harapannya agenda ini bisa dihayati masyarakat dalam satu tekad dalam pelestarian alam Sindoro Sumbing,” ungkapnya.
Arak-arakan 7 tumpeng (foto: Arba Nurrokhman)
Tonton juga video ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News