
GenPI.co - Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando EMaS optimistik jika hasil Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) menjadi contoh yang baik terhadap proses demokrasi.
Apalagi, belakangan situasi politik kian memanas menjelang bursa Pilpres 2024.
"Sebaiknya NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia memberikan pendidikan politik bagi masyarakat Indonesia untuk menghilangkan eksploitasi agama dari kepentingan partai politik," kata Fernando kepada GenPI.co, Jumat (24/12).
BACA JUGA: Pemilihan Ketum PBNU Sempat Ricuh, Massa Tak Jelas Serbu Muktamar
Menurutnya, NU perlu mengambil sikap netral terhadap partai politik dan pasangan capres pada 2024.
“Dengan demikian, harapannya umat tak terbelah menjadi dua seperti pada 2019,” sambungnya.
BACA JUGA: Muktamar NU Ambil Sikap Fenomena Operasi Alat Vital
Fernando menambahkan, dengan bersikap netral, maka pilihan soal politik menjadi ranah pribadi.
Seperti diketahui, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya secara resmi terpilih menjadi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.
BACA JUGA: Pengamat Sentil Baliho Cak Imin Marak di Lokasi Muktamar NU
Gus Yahya unggul jauh secara perolehan suara dari Kiai Said Aqil Siroj.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News