
Muhammad Mangundiprojo kemudian kembali memimpin pertempuran Surabaya.
Menjelang Agresi Militer Belanda di tahun 1948, Widaningsri bersama ayahnya berada di Jogjakarta.
Di sinilah ia bertemu kadet Taruna, yang akhirnya menjadi suaminya, yaitu Soesilo Soedarman. Mereka menikah pada 1951.
Widaningsri bersama suaminya Soesilo Soedarman kemudian bertolak ke Padalarang.
BACA JUGA: Air Rebusan Daun Salam Sangat Dahsyat, Kolesterol Bisa Ambrol
Sang Suami sebagai perwira Kavaleri, hampir setiap malam, berpatroli dengan pasukan lapis baja pada jalan antara Jakarta dan Bandung.
Karena adanya pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI TII), Batalyon Kavaleri Badak Bercula Satu, selalu berupaya menumpas para pengganggu keamanan pada jalan tersebut.
BACA JUGA: Air Rebusan Kunyit Campur Daun Sirih Khasiatnya Dahsyat, Cespleng
Terkadang pada pagi hari, Widaningsri sering ikut membantu korban TNI yang terluka dari dalam tank.
Tentara TNI terluka setelah pertempuran pada malam harinya, di jalan sekitar Raja Mandala.
BACA JUGA: Air Rebusan Mentimun Campur Jahe Dahsyat, Khasiatnya Tokcer
Menjelang pemberontakan Gerakan 30 September 1965, seluruh keluarga Soesilo pindah ke Magelang, dengan tugas membina para calon pimpinan TNI pada Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata RI (AKABRI).
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News