
GenPI.co - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aan J Wahyudi mengatakan bahwa potensi karbon biru atau blue carbon di Indonesia sangat besar.
Hal itu tentu dapat mengakselerasi peran Indonesia dalam upaya penanganan perubahan iklim.
“Penyerapan karbon oleh ekosistem pesisir atau laut lebih besar dibandingkan hutan hujan tropis,” ujarnya dalam panel KTT Perubahan Iklim COP26 Hari Ke-7 di Jakarta, Selasa (9/11).
BACA JUGA: Covid-19 Menggeliat di China, Pemerintah Tawarkan Ribuan Yuan
Menurut Aan, blue carbon adalah karbon yang diserap dan disimpan di ekosistem pesisir atau laut.
“Ekosistem pesisir dan laut yang mampu menyimpan karbon adalah mangrove, padang lamun (seagrass), dan rawa air asin (salt marsh),” ungkapnya.
BACA JUGA: Ramai Sumur Vertikal, Ahli Tata Kota: Tak Signifikan
Aan mengatakan bahwa ekosistem blue carbon sebenarnya tersebar di seluruh dunia. Namun, Indonesia memiliki potensi tertinggi dalam memanfaatkan ekosistem blue carbon.
“Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, sehingga bisa menyimpan karbon yang banyak di wilayah pesisir dan lautnya,” katanya.
BACA JUGA: PSI Bongkar Kejanggalan Formula E, Pantas KPK Usut Dugaan Korupsi
Lebih lanjut, ekosistem mangrove dan padang lamun berpotensi menyerap karbon lebih banyak daripada wilayah pesisir dan laut lainnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News