
Salah satu petani laki-laki yang dituakan memimpin pembacaan doa, sementara wanita menunggu di samping sawah sambil menunggu pembacaan doa.
Sebelum prosesi upacara di buka, para petani meletakan empat dedaunan di beberapa titik sawah yang siap untuk dipanen.
Empat daun tersebut meliputi pucuk kawung, daun darandan, daun pancing, gadog dan seeur. Kemudian daun tersebut diletakkan di beberapa titik antara lain di pojokan sawah atau di tengah. Petani juga diharuskan membawa ampas dan sapu padi nantinya akan diletakkan di juru pupuhunan.
Setelah itu padi yang sudah dipanen dikumpulkan di ruang terbuka, barulah para petani melakukan upacara "ngaleseuhan" dibacakan doa sebagai ucapan syukur kepada Tuhan sebelum padi dinikmati oleh masyarakat kampung.
Panen raya akan dilakukan setiap dua kali dalam setahun, antara Januari-Juli. Bagi masyarakat di Kampung Naga sendiri, padi memiliki filosofi.
Di Kampung Naga, padi diibaratkan perempuan hamil. Sejak saat padi ditanam hingga waktu panen, ritual doa menjadi tradisi yang wajib dilakukan agar hasil panen dapat melimpah.
Tonton juga video ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News