
GenPI.co - Belasan anak rimba usia sekolah yang tinggal di Kelompok Mariau dalam perkebunan sawit PT SAL ingin mengecap pendidikan.
Namun, kehidupan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) yang terpaksa berpindah karena diusir pemilik karena dianggap hidup menumpang di kebun sawit menyebabkan anak-anak tidak lancar sekolah.
“Kami ingin, anak kami bisa sekolah seperti anak orang desa. Kendala kami sudah disuruh pindah, tidak punya tempat yang pasti),” kata Mariau (52).
BACA JUGA: Terinspirasi Orang Rimba, Maudy Produseri Teater Beralas Bumi
Mariau mengungkapkan, leluhur tetua adat Orang Rimba berada di Sungai Punti Kayu,Sungai Tengkuyungon dan Sungai Putih.
Di daerah itu, saat dirinya masih belia, hutan lebat menjadi tempat tinggalnya. Aneka buah hutan tersedia untuk di konsumsi, umbi-umbian berlimpah dan hewan buruan dengan mudah bisa diambil.
BACA JUGA: Peringati HUT RI, Novel Baswedan: Terima Kasih Komnas HAM
"Itulah merdekanya orang kami, ketika hutan memberi kami kehidupan," kata Mariau mengingat kembali kenangan manis atas kemerdekaan hidup sebagai orang rimba.
Mariau mengatakan tak menyangka alat berat yang datang meruntuhkan hutan mereka dan menggantinya dengan pohon sawit. Mariau dan Orang Rimba lain merasa dibodohi.
BACA JUGA: Ribuan Warga Asahan Rayakan HUT RI di Tengah Musibah Banjir
Tekad kuat untuk keluar dari kebodohan muncul namun keberuntungan masih belum berpihak. Mariau menyadari untuk keluar dari pembodohan ini, mereka harus sekolah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News