
GenPI.co — Penentuan awal puasa atau Ramadhan antara pihak pemerintah atau ormas Islam terkadang terjadi perbedaan waktu. Bahkan termasuk waktu pelaksaan Hari Raya Idul Fitri. Hal ini lebih didasarkan pada masalah teknis. Pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian Agama dengan ormas Islam, masing-masing memiliki cara yang berbeda dalam menentukan awal Ramadhan.
Dalam menentukan permulaan bulan baru ada beberapa cara. Pemerintah misalnya, mereka berpatokan pada Rukyatul Hilal atau pengamatan langsung terhadap pergerakan bulan. Artinya, saat matahari terbenam, bulan baru atau hilal harus memiliki tinggi setidaknya 2 derajat terhadap garis ufuk. Untuk memantau pergerakan hilal, pemerintah biasanya menggunakan teleskop yang tersebar di 84 titik di seluruh Indonesia.
Hal ini berbeda dengan Muhammadiyah. Pertimbangan utama mereka adalah sistem hisab atau perhitungan astronomis. Menggunakan sistem ini, Ramadhan dan lebaran puluhan tahun lagi pun bisa ditentukan hari ini. Dengan metode tersebut, berapa derajat pun kemunculan hilal, asalkan sudah terlihat, maka Muhammadiyah akan menetapkannya sebagai bulan baru.
Baca juga:
Ini Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Dunia
Ini Manfaat Baik Berpuasa Selama Ramadhan
Jika Ormas Islam sudah menentukan, mereka lalu mengumumkan hasil pantauan tersebut kepada masyarakat. Mereka pun segera mengabarkan awal puasa 2019 atau Ramadhan 1440 H.
Sementara pihak pemerintah Indonesia sebelum menentukan awal puasa akan melakukan pantauan hilal terlebih dahulu, untuk kemudian melakukan sidang Isbat. Dan selanjutnya mengumumkan hasil sidang tersebut kepada masyarakat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News