GenPI.co - Ada tahun-tahun dalam pernikahan yang dianggap paling berisiko dan penuh tantangan.
Penting untuk diingat bahwa setiap pernikahan pasti melalui masa-masa sulit.
Tidak selalu mudah, tetapi banyak suami istri yang bisa mengatasi tantangan ini.
Dilansir Your Tango, berikut tahun paling berisiko dalam pernikahan.
Pada tahun pertama pernikahan, kamu mungkin berharap semuanya akan selalu bahagia seperti saat bulan madu.
Namun, ini juga bisa jadi saat kamu bertanya, "Apakah kita bergerak terlalu cepat?"
Bahkan perbedaan kecil, seperti cara mengatur ruang, bisa menimbulkan ketegangan.
Terapis pernikahan & keluarga berlisensi Emily Zeller menyebutkan 40 persen perceraian terjadi dalam beberapa tahun pertama pernikahan.
Hal ini karena pasangan menikah hanya berdasarkan ketertarikan, bukan kecocokan atau kemampuan mengatasi perbedaan.
Saat ini banyak pasangan suami istri yang menghadapi perubahan besar, seperti pergeseran karier, penyesuaian kondisi keuangan, dan memiliki anak.
Perubahan-perubahan itu bisa mengubah dinamika hubungan secara signifikan, dan banyak pasangan yang berjuang untuk menyesuaikan diri dengan semuanya.
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan pernikahan umumnya menurun dalam sepuluh tahun pertama, hal ini lebih terasa bagi pasangan yang sudah memiliki anak.
Sebuah penelitian tahun 2003 bahkan menemukan bahwa orang tua melaporkan tingkat ketidakpuasan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan yang belum memiliki anak.
Makin banyak anak yang dimiliki, makin tinggi pula tingkat ketidakpuasan tersebut.
Menurut Zeller, "rasa gatal tujuh tahun" bukan sekadar mitos.
Istilah itu merujuk pada gagasan bahwa pernikahan bisa mengalami krisis atau periode ketidakpuasan sekitar tujuh tahun, yang bisa berujung pada perceraian atau perselingkuhan.
Hal itu bisa dipicu berbagai faktor, seperti anak-anak yang makin besar atau jadwal kerja yang makin padat, kurangnya hal baru dan kegembiraan dalam pernikahan, serta masalah yang belum terselesaikan.
Pada titik ini, pasangan bisa memilih untuk menguatkan hubungan atau, sebaliknya, berpisah.
Pasangan suami istri saling bertanya, "Apakah kita masih bersatu karena alasan yang sama?"
Setelah lebih dari satu dekade bersama, pasangan ini bisa jatuh ke dalam rutinitas yang bisa diprediksi.
Kegembiraan dan kebaruan dari pernikahan mungkin sudah memudar, dan hubungan pun terasa lebih seperti kebiasaan ketimbang kemitraan penuh gairah.
Inilah saatnya pasangan harus berusaha lebih keras untuk menemukan kembali kebahagiaan dalam pernikahan.
Kemacetan dalam hubungan merupakan hal yang wajar.
Jika kamu mengalaminya, itu tidak berarti pernikahan akan berakhir.
Untuk melewati masa sulit, Zeller menyarankan pasangan untuk terus berpacaran dan menghidupkan kembali suasana kencan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News