Maleo Menjadi Daya Tarik Wisatawan Mancanegara Datang Ke Gorontalo

16 Februari 2019 15:02

Hutan hujan tropis yang penuh dengan flora fauna yang dimiliki Indonesia sangat diminati wisatawan mancanegara.

Keanekaragam hayatinya sangat tinggi, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya endemisitas di dunia, baik tumbuhan maupun satwa liarnya. Inilah yang menjadi daya tarik wisatawan luar negeri untuk datang ke kepulauan nusantara ini.

“Kami sering mengantar wisatawan asing, terutama dari Eropa dan Amerika yang datang ke sini,” kata Ardin Mokodompit, seorang pemandu wisata yang mengkhususkan di hutan, Sabtu (16/2).

Ardin Mokodompit sehari-hari adalah anggota Masyarakat Mitra Polisi Hutan (MMP) yang dibina oleh balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).

Setiap hari pekerjaannya berhubungan dengan kawasan konservasi ini, melakukan pengamatan burung, mengecek tapal batas atau mengunjungi masyarakat desa penyangga.

“Hidup beberapa hari di hutan sudah biasa, hutan adalah rumah kami juga,” kata Ardin Mokodompit.

Wisatawan asing yang datang ke taman nasional ini umumnya melakukan kunjungan ke Hungayono, kawasan peneluran burung maleo (Macrocephalon maleo), burung berkaki besar yang menempatkan telurnya di dalam tanah.

Telur ini tidak dierami sebagaimana ayam atau burung lainnya. Telur yang diletakkan di dalam tanah ini diserahkan kepada alam. Panas bumi yang ada akan mengerami telur maleo.

“Makanya kawasan peneluran burung maleo hanya ditemukan di pantai atau di hutan yang ada panas buminya, di luar itu tidak ada,” ujar Ardin Mokodompit.

Diperkirakan telur ini menetas dalam waktu 60 hari, anakan yang berada di dalam tanah berusaha sekuat tenaga keluar, dibutuhkan waktu 2 hari untuk tiba di permukaan tanah.

Jika ada akar yang menghambat proses keluarnya anakan burung ini, maka dipastikan akan mati sebelum menghirup udara bebas.

Ancaman lainnya adalah predator, biawak dan ular acap memangsa telur, juga burung elang yang menyambar anakan maleo saat baru muncul di permukaan. Inilah perjuangan anak maleo agar bisa hidup terus.

“Karena keunikan inilah banyak wisatawan mancanegara yang datang ke sini, mereka mencari telur dan memindahkan ke hatchery,” ujar Ardin Mokodompit.

Belantara taman nasional ini memang masih menyimpan banyak misteri, belum banyak riset perguruan tinggi dan lembaga lain yang dilakukan untuk mengungkap banyak hal di sini. Seperti apakah maleo di hutan ini terbang juga ke hutan di Cagar Alam Panua yang juga menjadi habitat maleo?

Gorontalo sangat cocok untuk dikunjungi. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co