Pekanbaru Death Railway Aktif Lagi

26 Desember 2018 17:27

Pariwisata Pekanbaru, Riau, terus menggeliat. Setelah ‘menghidupkan’ Malacca Strait Jazz, kali ini giliran kereta tua bersejarah yang diaktifkan. Namanya, Pekanbaru Death Railway. Wisatawan Eropa menjadi incarannya.

Rute Pekanbaru Death Railway sudah lama terhapus. Namun, situs ini masih memiliki cerita. Ketua GenPI Riau Osvian Putra,  mengungkapkan, wisata sejarah kereta api akan melengkapi destinasi di Riau.

“Pekanbaru ini memiliki banyak potensi destinasi wisata. Sebelumnya Malacca Strait Jazz digulirkan lagi setelah lama vakum. Pekanbaru Death Railway ini juga sebenarnya sangat menjanjikan. Sebab, ada nilai sejarah yang kuat di situ. Wajar bila destinasi ini banyak peminatnya,” kata Osvian, kemarin.

Pekanbaru Death Railway menjadi harta berharga bagi Bumi Lancang Kuning. Osvian menambahkan, tidak banyak orang tahu bila Pekanbaru pernah memiliki kereta api lengkap dengan relnya.

“Kereta api ini peninggalan Jepang. Sejarahnya sangat panjang. Yang jelas, tidak banyak orang tahu bila di sini ada situs sejarah berupa rel dan kereta api. Secara riil tidak banyak yang tersisa, tapi bila beberapa daerah digali masih ditemukan sisa-sisanya,” lanjut Osvian lagi.

Mengacu sejarahnya, kereta api di Bumi Lancang Kuning memang peninggalan Jepang pada 1944. Dahulu, jalur ini menghubungkan Pekanbaru menuju Sijunjung, Sumatera Barat. Panjang rel kereta api mencapai 220 kilometer. Rute  rel dan kereta api diantaranya, Pekanbaru, Tjintaradja, Simpangampat, Soekadjadi, Perhentian Jamoek, dan Tengkirang.

Pada awal pembangunannya, rel dan kereta api ini diarahkan untuk membawa batubara. Waktu itu, Jepang hanya meneruskan proyek yang batal dikerjakan Belanda.

“Rancangan jalur rel dibuat Belanda. Karena cost-nya dinilai mahal dan medan alam berat, proyek pun dibatalkan. Dokumennya disimpan di Lawang Sewu Semarang. Setelah Jepang masuk, proyek ini lalu direalisasikan,” jelas Osvian.

Mempercepat proyek, pembangunan rel kereta api ini dikerjakan bersamaan dari 2 sisi. Mengawali start dari Pekanbaru dan Sijunjung sekaligus, rel hampir tersambung di Kampung Koto Baru. Kampung ini masuk wilayah Kuantan Singingi. Namun, Nagasaki dan Hiroshima di bom atom pada 15 Agustus 1945. Imbasnya, proyek dihentikan dan rel yang ada justru digunakan untuk memulangkan tentara Jepang.

“Tentara Jepang ini dipulangkan melalui Singapura. Imbasnya, rel dan kereta api tidak jadi difungsikan. Apalagi, posisi di pelabuhan masih kosong pemerintahan,” tegasnya.

Setelah ditinggal pergi tentara Jepang, para pekerja (romusha) pun bebas. Mereka lalu bertahan dengan membuat kampung-kampung. Wajar bila disekitar poros rel kereta api muncul nama tempat seperti di Jawa. Contohnya, Purworejo, Purwodadi, Sidodadi, Sidomulyo, Rejosari, hingga Wonorejo. Karena para romusha tidak bisa menjalankan lokomotif, maka kereta api dibiarkan mangkrak di beberapa spot.

“Ada beberapa lokomotif yang dibiarkan di tempatnya. Sampai sekarang pun juga masih bisa ditemui di sana. Pada tahun 1976, rel pun dibongkar habis dan hanya tersisa di beberapa lokasi aja,” ujar Osvian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co