GenPI.co - Momen makan bersama memang sesuatu yang ditunggu setiap keluarga, oleh sanak saudara, kerabat, atau teman.
Adanya rasa kebersamaan dan kegembiraan yang membuat rasa berbagi kegembiraan tentunya akan membuat rasa makanan jadi jauh lebih nikmat.
Bali yang telah dikenal sebagai pulau dewata mempunyai beragam budaya yang patut diperkenalkan, sehingga membuat para pecintanya semakin mencintai Pulau Dewata ini.
Dengan salah satunya yang perlu diketahui tradisi makan bersama "Megibung".
Santy Adranakus selaku Owner Argya Santi Group yang merupakan pengembang leisure property dan hospitality di Bali mengatakan, pihaknya wajib menyanjung tradisi yang dimiliki di Bali dan memperkenalkan di kancah mancanegara.
Santy adalah diantara berjuta pencinta Bali, menunjukan rasa cintanya dengan menjalankan usaha Hotel Group ini, dengan senantiasa memperkenalkan budaya Bali seperti selalu menyajikan Tarian khas Bali, musik yang diputar di hotel mereka pun selalu khusyuk khas gending Bali, disaat jam sarapan di Boga Santi Restaurant.
Kali ini, dia juga membeberkan ingin memperkenalkan tradisi khas Bali yakni, "Megibung" yang artinya adalah Makan Bersama.
Sekedar informasi, Megibung sendiri adalah tradisi yang dimiliki oleh warga Karangasem, yang daerah terletak di ujung timur Pulau Dewata, Bali, Indonesia.
Megibung berasal dari kata gibung yang diberi awalan me-. Gibung artinya kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang, yakni saling berbagi antara satu orang dengan yang lainnya.
Megibung adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang untuk duduk makan bersama dan saling berdiskusi dan berbagi pendapat.
Adapun tata caranya adalah makanan yang sudah disiapkan di atas nampan yang sudah dialasi daun pisang.
Nasi putih yang diletakkan di wadah itu disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayurnya disebut karangan atau selaan.
Secara tradisi, dibentuk sela (kelompok) berisi 5-8 orang. Mereka duduk bersila dalam lingkaran, tiap kelompok dipimpin seorang pepara yang bertugas menuang nasi dan lauk dalam wadah.
Lauk yang pertama diturunkan adalah sayur sedangkan daging merupakan lauk terakhir yang diturunkan.
Etika makan pun perlu diperhatikan. Yaitu, harus mencuci tangan terlebih dahulu, saat makan tidak boleh menjatuhkan sisa makanan dari suapan, tidak boleh mengambil makanan yang ada di sebelahnya, apabila ada yang sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya.
Air minumnya disediakan dalam kendi tanah liat, dengan cara meminumnya diteguk dari ujung kendi sehingga bibir tidak menyentuh kendi disebut nyeret.
Namun sekarang lebih praktis, air kendi diganti dengan air mineral kemasan.
"Seyogyanya prosesi makan bersama ala Megibung ini dapat dihayati oleh khalayak, bukan saja untuk menikmati kenikmatan makanan yang diolah chef-chef yang terdiri dari chef asli Bali beserta dengan chef kawakan yang pernah bekerja di hotel dan restoran mancanegara, namun dapat dijadikan pelajaran bagi perusahaan dalam bagaimana menyelesaikan serta berdiskusi sambil menikmati kebersamaan," kata Santy dalam keterangannya, Minggu (16/7/2023).
Argya Santi Group menawarakan pengalaman menarik kepada tamu baik lokal maupun mancanegara dengan menggunakan baju adat bali selama menikmati sajian khas Megibung yang tidak akan didapatkan di tempat lain.
Argya Santi Group ada di Jimbaran (Argya Santi Resort Jimbaran) dan Seminyak (Argya Santi Suites and Villas di Seminyak).(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News