GenPI.co— Tahukah kamu di Maluku Utara, ada satu tempat yang indah tapi hingga kini masih jarang dikunjungi oleh wisatawan. Destinasi ini bernama Telaga Kabau.
Kamu wajib tahu, kalau di tempat ini juga banyak menyimpan misteri. Salah satunya adalah keberadaan Telaga Tahaga Tau Fon, yang berjarak hanya 2 km dari Telaga Kabau.
Baca juga:
‘Bali Baru’ Maluku Utara Tawarkan Wisata Diving di Desa Guareia
6 Destinasi Alam ini Bikin Susah Move On dari Jambi
Konon kabarnya hanya orang-orang tertentu, seperti ketua adat setempat, yang bisa melihat Telaga Tahaga Tau Fon.
Telaga Kabau berada diantara dua desa di Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Yaitu Desa Kabau Darat dan Desa Kabau Laut. Untuk itu, ditempat tersebut juga hadir jembatan yang menghubungkan kedua desa tersebut.
Destinasi Telaga Kabau menawarkan pesona hutan mangrove. Dengan latar belakang hamparan hijau hutan mangrove, kamu bisa mendapatkan spot Instagramable dari atas jembatan penyeberangan yang terbuat dari kayu.
Tempat indah ini sudah tentu sering dilalui warga Desa Kabau Darat dan Kabau Laut. Namun, hingga saat ini belum banyak wisawatan dari daerah lain yang berkunjung untuk melihat pesona Telaga Kabau.
Salah satu kendala, adalah lokasinya yang masih sulit dijangkau. Tapi jangan khawatir, saat ini Pemkab Kepulauan Sula tengah membangun akses jalan dari Desa Fokalit menuju Desa Kabau Darat.
Selain indah, Telaga Kabau juga menyimpan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat setempat.
Seorang penduduk asli Desa Kabau Laut, Safari Naipon menceritakan Telaga Kabau konon dulunya merupakan perkampungan yang ada di bagian Selatan Maluku Utara.
Perkampungan itu bernama Wai Bot yang berarti air putih. Desa itu kemudian berubah menjadi telaga seperti sekarang ini, setelah terjadi konflik antar-suku (soa).
Persoalan yang dihadapi adalah salah satu dari empat soa, mengusukan kepala desa dimpin oleh seorang perempuan.
Sementara adat masyarakat Desa Wai Bot, perempuan tidak bisa menjadi kepala desa karena akan mendatangkan bencana. Selain itu juga bertentangan dengan ajaran Agama Islam.
Namun, mereka tetap bersikeras untuk menjadikan perempuan sebagai kepala desa, maka dari situ lah muncul berbagai macam masalah.
Menjelang pagi datang bencana besar, dari cerita rakyat yang berkembang datang kerang atau bia kima dari arah laut dengan kecepatan tinggi menuju Desa Wai Bot.
Entah bagaimana detailnya, dikisahkan kerang yang menyerang desa tersebut cangkangnya terbelah menjadi dua.
Saat itu pula konon kabarnya air yang ke luar dari cangkang kerang memenuhi Desa Wai Bot. Perkampungan ini pun berubah menjadi Telaga Kabau.
Telaga Kabau (foto: Rudiyanto Sapsuha)
Dari sana cerita Telaga Tahaga Tau Fon yang penuh misteri muncul.
Selain itu, warga setempat juga percaya sebagian penduduk Desa Wai Bot yang tenggelam menjelma menjadi buaya. Dari sini, warga Desa Kabau sering kali mengadakan ritual Sas Tahaga atau Sumpah Telaga yang dilakukan oleh Kabau Tamina atau suku asli Kabau.
Adapun tujuan diselengarakannya ritual tersebut, untuk menjaga kelestarian alam yang ada di lingkungan Telaga Kabau.
Dalam ritual tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah memanggil dan memberi makan buaya yang diyakini sebagai jelmaan dari luluhur dari 4 soa di Desa Wai Bot.
Buaya yang muncul saat upacara yang dilakukan setahun sekali ini punya 4 perbedaan, yaitu buaya soa sanela dengan tanda bana di atas kepala. Buaya yang diyakini jelmaan soa kedafota berwarna putih. Buaya soa lidamona mempunyai tanda seperti seperti memiliki pita merah di bagian leher. Untuk buaya yang diyakini jelmaan dari soa pahli badannya lebih besar dibandingkan yang lain.
Jika kamu tertarik ke Telaga Kabau dan melihat ritual di tempat ini, kamu bisa datang tidak lama setelah perayaan Idulfitri.
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News