GenPI.co - Festival Sindoro Sumbing (FSS) 2019 merupakan kolaborasi pertama kali antara Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Pemerintah Kabupaten Temanggung. Mengangkat tema “Lestari” event dipastikan menjadi acara tahunan ini padat atraksi berbagai pagelaran seni dan budaya di kedua daerah. Dimulai pada tanggal 9 Juni 2019, Alun-Alun Temanggung akan ramai dengan gelaran Panggung Jaranan, yang menampilkan belasan kelompok kesenian Jaran Kepang.
Selain Panggung Jaranan, di Temanggung akan diadakan banyak kegiatan lain seperti Ngopi di Papringan, Ji Folk, Sarasehan Budaya dan juga Workshop Jaran Kepang.
Sama halnya dengan Temanggung, di Wonosobo juga terdapat berbagai sub event kegiatan. Apa saja? Berikut GenPI.co merangkumya untuk kamu.
Baca juga: River Tubing Sendangsari Wonosobo Siap Sambut Wisatawan
Java Balloon Attraction
Pada penyelenggaraan perdana tahun 2018, acara ini yang diikuti 100 lebih peserta dari berbagai desa. Selain untuk terus melestarikan budaya, event ini juga sebagai wadah untuk menerbangkan balon udara dengan aman. Di era sebelum 2000-an, balon udara sangatlah sederhana, dibuat sebagai hiburan bagi masyarakat desa ketika menyambut hari raya Idul Fitri. Java Balloon Attraction 2019 ini didukung oleh Airnav dengan mengedepankan keselamatan menambatkan balon di ketinggian tertentu. Berlokasi di Lapangan Desa Pagerejo, Kertek, Wonosobo, kegiatan ini berlangsung pada tanggal 15 Juni 2019.
Bedhol Kedhaton
Sesuai dengan artinya, Bedhol Kedhaton merupakan prosesi perpindahan pemerintahan dari Selomerto. Ini merupakan cikal bakal berdirinya Wonosobo dipindahkan ke Kota Wonosobo yaitu di Pendopo kabupaten Wonosobo. Acara ini diadakan pada 23 Juli 2019, diawali dengan pengambilan air suci di Tuk Sampan, desa Plobangan dan pengambilan tanah, kemudian dilanjutkan dengan Parade Tapa Bisu.
Parade Tapa Bisu
Parade Tapa Bisu ini dilakukan untuk mengiringi Air Suci dan Tanah Makam Ki Ageng Wanasaba. Para petapa berjalan tanpa bersuara (mbisu) dan membawa obor (sesuluh obor). Kegiatan ini melambangkan sikap mawas diri serta tekad untuk bermanfaat bagi sesama. Obor akan diarak di sepanjang Jl. A. Yani hingga Pendopo Kabupaten Wonosobo pada tanggal 23 Juli 2019.
Baca juga: Rengginang Wonosobo, Kudapan Tradisional yang Tak Lekang Waktu
Birat Sengkala
Ritual Birat Sengkala adalah ritual doa oleh sesepuh adat yang dilaksanakan tepat jam 00.00 pada tanggal 23 Juli 2019 di Paseban Timur Alun-Alun Wonosobo. Isi doa Birat Sengkala yang dipanjatkan agar rakyat Wonosobo di bawah pemerintahan sekarang ini diberi kekuatan dan dikarunai keselamatan, kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan.
Pisowanan Agung & Kenduri Seribu Tenong
Inilah prosesi puncak Hari Jadi Wonosobo yang diselenggarakan pada tanggal 24 Juli 2019. Masyarakat, pejabat, dan bupati dengan duduk bersama di Alun-alun Wonosobo. Diawali dengan kirab panji oleh seluruh camat se Kabupaten Wonosobo, disaksikan oleh masyarakat luas serta wisatawan yang ikut memakai baju adat seperti beskap, surjan, dan kebaya. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama atau Kembul Bujana dari tenong yang dibawa perwakilan wilayah se-Wonosobo, yang dinamai Kenduri Seribu Tenong.
Ruwat Cukur Rambut Gembel &Pentas Tari Kolosal Topeng Lengger
Ruwat rambut gembel merupakan upacara mencukur rambut anak berambut gembel yang tujuannya untuk membebaskan anak-anak itu dari sukerta (kesialan atau malapetaka) dan diyakini mereka adalah titisan Kiai Kolodete. Permintaan anak-anak itu harus dipenuhi sebagai syarat agar rambut gembel itu tidak tumbuh kembali. Rambut yang dicukur kemudian dilarung di sungai.
Selain itu, akan ada riibuan penari lengger dari seluruh desa dan berbagai sekolah baik SMP dan SMA serta masyarakat umum memadati pusat kota alun-alun Wonosobo membawakan tarian topeng lengger. Diiringi berbagai tembang jawa yang syarat dengan nilai-nilai luhur serta mengandung syair yang mendidik. Dua sub kegiatan ini akan diadakan pada tanggal 27 Juli 2019.
Baca juga: Melihat Mushaf Wonosobo, Alquran Terbesar di Indonesia
Mapageh Watu Kulumpang
Ini adalah upacara rekonsiliasi dan pengucapan sumpah (mantra/kutukan) untuk menjaga kelestarian alam di wilayah gunung Sindoro Sumbing. Yang melakukannya adalah 2 pimpinan daerah dengan urutan ritual Manusuk Sima. Seperti yang dilakukan Rakai Watukara Dyah Balitung tahun 908 M sesuai catatan prasasti Wanua Tengah 3. Berlokasi di Lapangan Kledung pada tanggal 19-20 Juli 2019, kedua wilayah akan mendeklarasikan kelestarian di lingkungan lereng Sindoro Sumbing.
Simak juga video berikut
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News