GenPI.co - Curug Ciparay di Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, bisa menjadi salah satu tempat untuk mendinginkan kepala dari suasana penat perkotaan.
Curug yang terletak di kaki Gunung Karacak dan Dinding Ari Galunggung ini masih terbilang perawan. Pasalnya belum terlalu banyak orang yang berkunjung.
Curug Ciparay menikmati pesona dan gemuruh air terjun yang di tengah rimbunnya hutan. Debit air yang cukup besar dan kolam penampungan airnya yang hanya setinggi lutut orang dewasa bisa digunakan untuk mandi atau berendam.
Curug ini mempunyai dua aliran air terjun, maka tidak heran jika orang-orang sering menyebutnya Curug Kembar. Kedua air terjun yang jatuh cukup deras tersebut dikelilingi dinding batu yang berdiri tegap dan menimpa bebatuan besar yang ada di bawahnya.
Percikan air yang jatuh menyebar ke sekelilingnya ini membuat lanskap Curug Ciparay begitu mempesona. Tak sampai di situ, suara burung yang bernyanyi di sekitar hutan pun buat kita sulit untuk beranjak.
Ketinggian masing-masing aliran Curug Ciparay Tasik berbeda, yakni 55 meter dan 75 meter. Guna sampai ke lokasi bisa ditempuh sejauh 30 kilometer dari Singaparna.
Tenang saja, medan perjalanan tidak terlalu sulit untuk ditempuh oleh kendaraan bermotor. Tak perlu khawatir bagi Anda yang tidak berkendaraan pribagi. Pasalnya, tersedia angkutan umum pedesaan yang bisa mengantar anda hingga Cidugaleun.
Selanjutnya, jalan bisa ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan ojek untuk menuju gerbang utama Curug Ciparay. Perjalanan masih terus berlanjut.
Dibutuhkan perjalanan sejarak 2 kilometer untuk menuju lokasi curug melalui jalan setapak. Jalanan yang terjal dengan kompleks bebatuan menurun akan menemani perjalanan.
Jika hendak berkunjung ke Curug Ciparay, baiknya tidak menggunakan pakaian serba merah. Karena menurut mitos warga setempat, ada larangan ketika berkunjung ke curug ini tidak dipekenankan memakan pakaian yang berwarna serba merah.
Jika hal tersebut dilanggar maka pengunjung yang memakai baju merah tersebut akan merasa sangat betah dan enggan untuk pulang, bahkan dipaksa sekalipun. Selain itu, ada juga yang mengatakan jika pengunjung yang memakai pakaian serba merah berfoto maka kakinya terlihat tidak menyentuh tanah alias melayang.
"Jadi ada mitos jangan memakai pakaian serba merah, sudah turun temurun jadi kepercayaan masyarakat disini ," ujar Sumpena salah satu warga, seperti yang dilansir dari Ayotasik.com, Minggu, 18 Juli 2021.
Meskipun begitu sampai hari ini kejadian yang seperti itu belum pernah terjadi. Dan belum ada pengunjung yang menggunakan pakaian serba merah mengunjungi lokasi wisata ini.
Walau hanyalah sebuah mitos yang belum diketahui kebenarannya, namung pengunjung alangkah baiknya menghormati apa yang sudah lama berkembang di masyarkat. Tentunya sambil meniatkan diri berkunjung hanya untuk tadabur alam menikmati keindahan ciptaan yang maha kuasa. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News