Kisah 'Preman Pensiun' yang Jadi Penjaga Masjid Islamic Centre

20 Mei 2019 15:02

GenPI.co - Sahabat GenPI.co mungkin akrab dengan sinetron Preman Pensiun yang tayang di salah satu televisi swasta Indonesia. Kisahnya betul-betul ada. Dunia hitam telah ditinggalkan dan kini dia berjalan mencari ridho Tuhan. Dia bercerita mengenai pertaubatannya di kaki Ilahi.

Dian Apriyadi merupakan salah satu saksi sejarah kelam lokalisasi Kramat Tunggak, yang kini telah berganti dengan bangunan Jakarta Islamic Centre. Pria yang akrab disapa Ade tersebut, merupakan mantan preman atau joki Pekerja Seks Komersial (PSK) di tanah bekas lahan prostitusi itu. 

Baca juga :

Usia 15 tahun, sehari bisa dapat Rp500 ribu

Ade menjelaskan bahwa Kramat Tunggak pada awalnya merupakan lokasi resosialisasi bagi Wanita Tuna Susila (WTS), agar dapat meninggalkan profesinya dan menggeluti pekerjaan yang bisa lebih diterima masyarakat. Meski demikian, tempat tersebut justru beralih fungsi, menjadi pusat lokasi prostitusi, bahkan terbesar se-Asia Tenggara

Ade (54) warga asli Kampung Beting, Koja, Jakarta Utara. Dia sudah tinggal di wilayah Kampung Beting sejak 1978. Ade mengaku, sempat menggeluti profesi yang tidak sepantasnya dilakukan, yaitu sebagai pemandu tamu-tamu yang datang ke Kramat Tunggak atau sebagai joki PSK. “Saya dulu juru parkir, bantu-bantu keamanan juga. Kalau malam saya cari tambahan jadi pemandu. Jadi saya kan paham mucikarinya, nanti saya kirim tamu, terus mereka (kasih) persen ke kita,” kata Ade kepada GenPI.co (15/5).

Dari pekerjaan sebagai pemandu tamu di Kramat Tunggak, Ade mengaku bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp500 ribu setiap harinya. Jumlah tersebut sangat lumayan di era 90an, apalagi dirinya belum ada tanggungan. Ayah dari 6 anak ini juga menggeluti profesi itu sejak usia 15 tahun. “Ya dari usia belasan lah, remaja tanggung ya. Sekitar 15 tahunan,” ujar Ade.

Menurut penuturan Ade, dirinya bisa terjun ke dunia gelap karena pengaruh lingkungan. Awalnya, pria tamatan SMP ini, seringkali duduk-duduk di sekitar Kramat Tunggak. Hingga suatu hari ada seorang tamu yang menanyakan tempat kepadanya dan memberinya imbalan uang. Sejak saat itu, Ade mulai menggeluti pekerjaan sebagai pemandu tamu di tempat lokalisasi itu. Ade sendiri belum memikirkan bahwa yang dilakukannya adalah perbuatan yang melanggar norma agama dan susila. “Ya dulu kan saya remaja tanggung ya, jadi belum mikirin dosa. Taunya hura-hura aja,” kata Ade.

Dari Preman jadi pekerja Tuhan

Sejak Kramat Tunggal ditutup, Ade pun beralih profesi sebagai penjaga keamanan di Jakarta Islamic Centre. Sebelumnya Ade juga sempat menjadi kuli bangunan, saat pembangunan JIC pada tahun 2001 hingga 2002 Ade mengaku sempat stress karena penghasilan berkurang drastis sejak Kramat Tunggak ditutup. “ Ya stress juga kan. Tapi ya ini mungkin jalan Allah untuk memperbaiki diri kita,” pungkas Ade.

Ade mengaku bahwa dirinya sebenarnya sudah sempat berkeinginan untuk hijrah dari dunia kelamnya pada tahun 1995 Dirinya mengaku jenuh dengan pekerjaannya dan merasa resah dengan resiko pekerjaannya. Ade sempat membawa keluarganya pindah ke Kalimantan. Namun, karena tidak betah, Ade dan keluarganya kembali ke Jakarta setelah 1 tahun. “Jadi ya itu saya udah mulai jenuh juga, mulai gak enak lah. Karema banyak kriminalitas juga, pembunuhan. tahun 95an itu saya sempet hijrah, saya pindah ke Kalimantan arah ketapang sama keluarga. Tapi akhirnya karena gak betah, saya balik lagi kesini,” tutur Ade.

Meskipun penghasilannya tidak sebesar saat bekerja di Kramat Tunggal, namun Ade mengaku dirinya saat ini mendapat ketenangan jiwa. Ade juga merasa bahwa hidupnya lebih teratur, dengan pekerjaan yang digelutinya saat ini. “Kehidupan itu nikmat sekarang, karena lebih teratur dan punya timing yang tepat. Kalau dulu kan urakan, bangun tidur taunya langsung cari duit. Jadi kehidupan sih lebih enak sekarang,” ujar Ade.

Ade mengaku sejah dirinya hijrah, tidak ada yang mencemoohnya dan orang-orang justru memberikan respon yang positif. Dirinya bergurau bahwa pekerjaannya masih tetap sama, yakni sebagai pemandu di kawasan tersebut. Tetapi kali ini memandu orang lain menemukan jalan yang lurus. “Ya Alhamdulillah sih enggak, malah banyak orang yang belajar mencontoh saya. Kalau kita sungguh-sungguh mau berubah, ya bisa. Kalau dulu saya ditanyanya kalau nyari cewek dimana, sekarang nanyanya tempat wudhu dimana. Ya tetep saya antar-antar mereka,” Ade tergelak.


Tonton lagi :



Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co