GenPI.co - Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Perdana Menteri Belanda Mark Rutte yang sedang berkunjung pada hari Rabu bahwa upaya untuk membatasi akses China terhadap teknologi tidak akan menghentikan kemajuan negara tersebut.
Dilansir AP News, Belanda memberlakukan persyaratan izin ekspor pada tahun 2023 atas penjualan mesin yang dapat membuat chip prosesor canggih.
Langkah ini dilakukan setelah Amerika Serikat memblokir akses China terhadap chip canggih dan peralatan untuk membuatnya, dengan alasan masalah keamanan, dan mendesak sekutunya untuk mengikuti langkah tersebut.
Laporan online dari stasiun televisi pemerintah CCTV tidak menyebutkan mesin chip tersebut.
Namun mengutip Xi yang mengatakan bahwa penciptaan hambatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta fragmentasi rantai industri dan pasokan akan menyebabkan perpecahan dan konfrontasi.
“Rakyat China juga mempunyai hak untuk melegitimasi pembangunan, dan tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan laju perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi China,” kata Xi, menurut CCTV.
Perusahaan Belanda ASML adalah satu-satunya produsen mesin di dunia yang menggunakan litografi ultraviolet ekstrem untuk membuat semikonduktor canggih.
Pada tahun 2023, China menjadi pasar ASML terbesar kedua, menyumbang 29% dari pendapatannya karena perusahaan China membeli peralatan sebelum persyaratan perizinan berlaku.
Rutte, yang berbicara kepada wartawan setelah pertemuannya, menolak menjelaskan secara spesifik pembicaraan tersebut.
"Yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah ketika kita harus mengambil tindakan, tindakan tersebut tidak pernah ditujukan pada satu negara secara spesifik, bahwa kita selalu berusaha memastikan bahwa dampaknya terbatas, tidak berdampak pada rantai pasokan, dan oleh karena itu tidak berdampak pada hubungan ekonomi secara keseluruhan,” katanya.
Pemimpin Belanda tersebut, yang didampingi oleh Menteri Perdagangan Geoffrey van Leeuwen dalam perjalanan tersebut, mengatakan bahwa isu utama baginya dalam pertemuan mereka dengan Xi dan Perdana Menteri China Li Qiang adalah perang di Ukraina.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News