GenPI.co - Hari Batik Nasional baru saja diperingati, yaitu setiap tanggal 2 Oktober.
Saat ini, batik juga disukai kalangan muda. Pebisnis batik juga bermunculan dari kalangan muda.
Salah satunya adalah Yos Christian Addyputra, pemilik Pemilik Garuda Kencana Batik.
Pria yang akrab dipanggil Yos tersebut menjadi pebisnis batik sejak Mei 2016.
Dia tidak hanya menghadirkan batik dalam bentuk kemeja, tetapi juga jaket bomber, collarless blazer, jaket riders hingga kimono batik.
Terobosan tersebut dilakukannya, karena melihat anak muda masih mengenakan batik untuk suatu acara saja.
"Jarang lihat anak muda nongkrong pakai batik. Akhirnya saya buat bomber jaket batik dengan desain tidak konvensional, tapi dengan motif kontemporer seperti macan, naga. Lebih modern, tapi tetap batik tulis," ujar Yos dilansir dari Antara.
Pria yang kini berusia 27 tahun tersebut, mulai usaha dengan modal Rp 20 juta
Sebelumnya dia menjual aksesoris komputer, gawai, kosmetik pria.
Yos juga pernah menjadi client advisor di brand ritel fesyen premium.
Semua pengalaman itu menjadi modal saat dirinya hendak memulai bisnis batik tulis premium.
Ketertarikannya pada batik berawal saat mencari kemeja batik yang pas dan cocok untuk selera anak muda seperti dirinya.
"Waktu bekerja paruh waktu, saya mencari batik di mal, dan sulit menemukan batik yang saya suka sebagai anak muda,” ujar dia.
Pilihannya pada batik, dipuji banyak orang.
“Ketika menemukan yang pas dan saya pakai, banyak yang bilang bahwa batik saya bagus. Dari sana saya menemukan peluang, bahwa anak muda kesulitan mencari batik yang modern. dan taste saya di dunia batik diakui oleh banyak orang," bebernya.
Pria kelahiran Malang, Jawa Timur tersebut akhirya memberanikan diri menjadi pebisnis batik.
Setelah merah gelar sarjana dia meminjam uang untuk modal sebesar Rp 20 juta kepada kedua orang tuanya.
Dia lalu melakukan perjalanan singkat menyusuri Utara Jawa, untuk menemukan perajin batik tulis yang sesuai dengan citra brand batik yang hendak ia bangun.
Perajin dari Cirebon dan Pekalongan berhasil menarik perhatian Yos.
Pasalnya, ujar dia, batik dari Pekalongan dan Cirebon memiliki warna-warna mencolok yang cocok untuk semangat anak muda.
Pilihannya berbisnis di Jakarta. Dia yang pertama kali datang ke Jakarta pada 2011 ini benar-benar memulai usahanya sendirian.
Yaitu setelah mencari mitra perajin batik, membangun citra brand, hingga menawarkannya ke kalangan kelas atas.
Yos sadar jika dirinya cukup nekat untuk masuk ke pasar batik premium.
Namun, Yos yakin produk yang ia tawarkan memiliki kualitas jempolan untuk bisa diterima oleh pasar, baik di kalangan anak muda, pengusaha, hingga pejabat negara.
Selain batik tulis berkualitas, Garuda Kencana Batik juga menawarkan pengemasan premium dan pelayanan melalui fasilitas home shopping service.
“Pernah dalam sehari saya mengantarkan produk ke Bekasi lalu Depok, lanjut ke Kelapa Gading hingga kemudian ke Senayan. Memang capek, tapi jalan apa pun harus ditempuh supaya usaha saya bisa dikenal pada awalnya," kenangnya.
Kerja kerasnya membuahkan hasil. Terbukti, produk batik premiumnya juga pernah dikenakan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinvest), Luhut Binsar Pandjaitan, hingga Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.
Terkait bisnis di masa pandemi yang berkepanjangan, Yos mengatakan sector fesyen terutama batik sempat mengalami dampak pandemi.
Karena pesta, rapat, dan acara penting lainnya banyak yang batal diselenggarakan atau hanya diselenggarakan secara virtual.
"Batik adalah pakaian yang identik dengan acara pesta, meeting, dan acara penting lainnya. Otomatis kena dampak," katanya.
Namun dengan memiliki banyak kolektor, Garuda Kencana Batik mampu bertahan.
"Apalagi kolektor batik adalah tipikal yang hanya suka menyimpan saja khususnya batik tulis yang sangat otentik. Mereka menghargai seninya," ujar Yos.
Karenanya, Yos bersama Garuda Kencana Batik tidak pernah mengurangi produksi dari perajin batik di Pekalongan dan Cirebon.
"Saya merasa punya tanggung jawab moral kepada perajin yang turut membesarkan Garuda Kencana Batik, di saat seperti ini mereka membutuhkan dana lebih untuk bertahan hidup. Dari sisi bisnis, batik bukan barang yang bisa kedaluwarsa, dan desain desain saya timeless. Jadi kenapa harus takut," beber Yos. (*/ant)
Batik (Foto: HO/Garuda Kencana Batik)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News