Hobi Belanja Dila Membuatnya Sukses Usaha Fesyen

28 Mei 2021 08:50

GenPI.co - Membangun bisnis usai kuliah merupakan salah satu impian yang dimiliki oleh para mahasiswa fresh graduate.

Impian itu juga dimiliki oleh Nisa Farahdila Trisianly atau yang akrab disapa Dila.

Pada Juni 2020, Dila membangun bisnis di bidang fashion retail yang diberi nama rovesca.id.

BACA JUGA:  Jual Truk Oleng Menggiurkan, Adi Dapat Cuan Rp 10 juta/Bulan

Tahap awalnya dimulai dari memikirkan nama bisnis, mendesain logo, hingga mempersiapkan sistem penjualan dan strategi marketing.

“Saat itu juga aku sedang persiapan sidang skripsi. Jadi, aku juga sekalian menyiapkan akan melakukan apa setelah lulus, sehingga tak perlu minta uang lagi ke orang tua,” ujarnya kepada GenPI.co.

BACA JUGA:  Keluar dari Pekerjaan, Pemuda Ini Sukses Buka Usaha Kopi Kemasan

Dila pun memanfaatkan uang THR-nya untuk memulai usaha rovesca.id.

Lebih lanjut, Dila mengaku bahwa dirinya cukup nekat dalam memulai bisnis ini.

BACA JUGA:  Kisah Aditya Soleh, Pemuda yang Sukses Bangun Startup Edukasi 

“Pikirku, yang penting jalan dulu saja. Sebab, papaku selalu bilang ke aku kalau bisnis itu dilakukan dengan learning by doing. Dari situ terlihat apa yang harus dikembangkan dan dikurangi dari bisnis itu,” akunya.

Menurut Dila, rovesca berarti bunga mawar liar dalam bahasa Spanyol.

Mawar liar itu digambarkan sebagai bunga cantik yang bisa didapatkan oleh siapa pun. Namun, cara untuk mendapatkannya memang cukup sulit.

“Aku tahu bahwa setiap usaha itu pasti ada rintangannya dan enggak mungkin langsung sukses, bakal naik turun juga. Jadi, sejak awal aku sudah mempersiapkan untuk terus mencoba jika di kemudian hari menemui kegagalan,” ungkapnya.

Alumnus Hubungan Internasional Unair itu mengatakan bahwa bisnis tersebut didasari dari hobinya dalam berbelanja baju di toko pakaian ternama.

Namun, dia menilai bahwa harga yang ditawarkan oleh toko-toko baju ternama itu cukup mahal.

“Waktu aku belum punya uang sendiri, bajuku suka dibelikan oleh orang tua. Aku kadang suka merasa enggak enak sama mereka, karena satu kemeja atau celana gitu bisa seharga Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu,” katanya.

Namun, Dila sangat menyukai model yang ditawarkan oleh toko-toko fast fashion kenamaan. Dila pun lalu menyadari bahwa model yang dia sukai belum ditawarkan oleh brand lokal.

“Kalau pun ada di local brand, harganya enggak beda jauh dengan Zara atau H&M. Namun, ada juga yang harganya murah, tapi kualitasnya kurang bagus,” ujarnya.

Oleh karena itu, Dila terpikirkan untuk mempunyai brand sendiri yang menawarkan barang-barang yang tidak kalah keren dari toko fesye kenamaan, tapi dengan harga yang terjangkau dan berkualitas bagus.

Perempuan 24 tahun itu memaparkan bahwa rovesca.id menawarkan basic daily wear yang membuat barangnya bisa dipakai para customer untuk dipakai ke kantor, jalan-jalan, hingga untuk bersantai di rumah.

“Kami juga memakai kualitas terbaik dan menerapkan cutting-an yang bagus di tiap produk. Jadi, customer bayar suatu barang itu worth it,” paparnya.

Selain itu, Dila menuturkan bahwa rovesca.id adalah brand yang berada di jalur fast fashion, sehingga model yang ditawarkan pun tak kalah trendi dengan barang dari toko baju kenamaan.

“Kami cepat adaptasi dengan model baru dan mengeluarkan barang yang mungkin pasar local brand belum ada. Kalaupun ada, mungkin mereka akan menawarkan hargayang cukup mahal,” tuturnya.

Dila mengaku banyak kesulitan yang dia tempuh selama membangun bisnis rovesca.id, terutama dalam segi keuangan, marketing, dan branding.

“Modalku nggak banyak waktu mulai rovesca.id ini, hanya sekitar Rp 2 juta aku langsung go. Aku juga sempat dipinjami modal sama mamaku. Dari situlah aku makin termotivasi untuk mengembalikan pinjaman modal itu dari hasil penjualanku,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Dila mengatakan bahwa kesulitan lain yang dia hadapi adalah mencari bahan yang unik dan menarik.

“Biasanya, bahan-bahan ini sudah ada lama, tapi jarang dipakai oleh local brand. Aku juga keliling Bandung untuk cari penjahit, dari toko ke toko. Tak lupa, usaha yang aku lakukan ini tetap kubarengi dengan doa,” katanya.

Di bidang branding dan marketing, Dila memaparkan bahwa seorang pebisnis harus paham target pasar yang ingin dituju.

Menurutnya, banyak pebisnis pemula yang terkadang gengsi untuk terus mempromosikan produk yang mereka jual. Pada akhirnya, target market mereka tak sesuai, karena promosi hanya lewat teman-teman.

Hal itu membuat pembeli akhirnya berhenti pada lingkaran pertemanan saja.

“Dalam marketing itu banyak banget tahap yang harus dilakukan, mulai dari coba endorse dan sistem serupa lainnya. Kita juga harus paham apa itu algoritma Instagram atau apa itu engagement rate,” paparnya.

Oleh karena itu, penjual juga harus bisa berpikir layaknya seorang pembeli. Para penjual juga harus paham umur berapa para pembeli yang disasar oleh brand mereka.

“Jadi, tak sekadar bikin produk, lalu dijual. Namun, dalam hal marketing dan branding, itu juga harus dipikirkan. Selain itu, biasanya mereka akan berhenti jika gagal, padahal seharusnya mereka harus terus mencoba sampai berhasil,” jelasnya.

Dila mengatakan bahwa untuk mempertahankan sebuah bisnis, haruslah didasari dengan ikhtiar, doa, dan konsistensi yang kuat.

“Do your best and let God do the rest. Kalau kata Papaku, jika niat dan ‘proposal langit’ sudah benar, itu pasti akan berbuah baik. Usaha dan doa itu pasti tak akan mengkhianati hasil,” katanya.

Untuk mendapatkan produk rovesca.id, dapat dikunjungi di akun Instagram @rovesca.id dan pemesanan via Shopee di akun rovesca.id. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co