GenPI.co - Membicarakan Kaka tidak ubahnya belajar memahami arti penting agama bagi kehidupan.
Legenda AC Milan itu merupakan antitesis pemain Brasil. Selama ini para pemain Brasil sangat lekat dengan hedonisme.
BACA JUGA: Kevin/Marcus Buat Legenda Jepang Tergila-gila, Bikin Sempoyongan
Mereka kerap menghamburkan uang untuk berpesta. Namun, tidak demikian dengan Kaka.
Kaka tidak suka berhura-hura. Kehidupan malam sangat jauh dari keseharian Kaka.
Alih-alih berpesta semalam suntuk dengan teman ataupun wanita, Kaka justru sangat religius.
Ketika dianugerahi Pemain Terbaik Dunia 2007, Kaka langsung terbang ke Sao Paulo. Dia menjauh dari ingar bingar kemewahan.
Setelah mencetak gol, Kaka tidak akan berselebrasi secara menggebu-gebu. Dia akan mengacungkan kedua tangannya ke langit.
Kaka mengucap syukur kepada Tuhan. Saat Brasil menjuarai Piala Dunia 2002 dan Milan jawara Liga Champions 2007, Kaka membuka jerseinya.
Dia masih mengenakan kaus bertuliskan: I belong to Jesus. Segala kemewahan yang didapat dari lapangan hijau tidak membuat Kaka menerbangkan diri ke langit.
Dia tetap berusaha menjejak bumi. Kaka tidak pernah berganti pasangan. Pria kelahiran 22 April 1982 itu bahkan baru melepas keperjakaannya saat menikah dengan Caroline Celico pada 2005.
“Kelahiran anak pertama dan kesuksesan di lapangan adalah karunia Tuhan,” kata Kaka sebagaimana dikutip dari Guardian.
Mantan penggawa Real Madrid itu juga menjadikan Alkitab sebagai panduan hidup. Dia bahkan mengakui Alkitab merupakan bacaan favoritnya.
Kaka juga menggemari musik. Namun, band yang menjadi idolanya ialah Resgate.
Resgate yang dalam bahasa Portugal berarti kebebasan merupakan sebuah grup rok Gospel.
Sisi religiusitas Kaka tidak terlepas dari tragedi yang pernah menimpanya saat dirinya berusia 18 tahun.
Saat itu Kaka sedang bersantai di kolam renang. Dia terpeleset. Kepala terbentur lantai.
Salah satu tulang belakangnya patah. Dokter bahkan sempat memprediksi Kaka akan lumpuh.
Namun, Tuhan menyayangi Kaka. Beberapa pekan setelahnya, Kaka sudah bisa berlatih sepak bola.
Didikan keluarga juga berperan penting. Tidak seperti kebanyakan pemain Brasil yang muncul dari favela, Kaka tumbuh di keluarga yang cukup mapan.
Keluarga Kaka sempat tinggal di Basilia. Ayahnya, Bosco, merupakan ahli mesin.
Kaka lantas diboyong ke Sao Paulo saat usianya tujuh tahun. Sang ayah pun selalu memberikan dukungan penuh saat Kaka masih meniti karier.
Meskipun sangat religius dan hidup mapan, Kaka bisa menoleransi gaya hidup orang lain di sekitarnya.
“Saya memiliki kehidupan dan nilai-nilai pribadi. Membandingkan dengan orang lain, terutama dalam sepak bola, adalah radikal,” ucap Kaka.
Saat masih membela Milan, Kaka pernah menjadi representasi kelompok pemain alim.
Suatu ketika Pato yang baru bergabung dengan Milan disuruh memilih oleh Ronaldo.
Pato harus memilih bergabung dengan kelompok alim seperti Kaka atau yang bengal seperti Ronaldo.
Apa pun paradoks yang ada di Milan saat itu, Kaka tetaplah Kaka. Dia memegang teguh pendiriannya.
BACA JUGA: Link Live Streaming Chelsea vs Porto: 1 Kaki di Semifinal
Sikap membumi dan kemampuan di atas rata-rata yang membuat Kaka bisa mengoleksi berbagai trofi bergengsi.
“Dia adalah satu dari dua pemain terbaik di dunia,” kata mantan Pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News