GenPI.co - Jauh sebelum N’Golo Kante bersinar terang seperti sekarang, pencinta sepak bola sudah silau dengan cahaya yang dipancarkan Claude Makelele.
Meskipun sering dianggap sebelah mata, Makelele merupakan kepingan langka yang dirindukan banyak klub.
BACA JUGA: Benfica vs Arsenal: Lihat Aksi Aubameyang, Pantas Ditertawakan
Dia memang kalah bersinar dibandingkan Zinedine Zidane, Luis Figo, Steven Gerrard, ataupun Frank Lampard.
Namun, Makelele punya peran tersendiri yang membuat lini tengah klub yang dibelanya sangat solid.
Sinar mulai menyala terang ketika Makelele membela Real Madrid pada 2000-2003.
Awalnya Celta Vigo enggan menjual Makelele. Namun, Makelele melawan dengan cara tidak mau berlatih. Celta Vigo pun menjual Makelele ke Madrid.
Saat itu pria kelahiran 18 Februari 1973 tersebut menjadi pemain tak tergantikan di lini tengah.
Makelele mempunyai peran penting dalam perubahan siklus taktik sepak bola dunia, khususnya dari 4-4-2 ke 4-2-3-1.
Makelele mampu mengemban tugas ganda yang diperankan double pivot dalam skema 4-2-3-1.
Dia menjadi gelandang bertahan sekaligus penjegal bola yang mengarah ke pertahanan Madrid. Kehebatannya makin diakui sehingga muncul istilah Makelele Role.
Bersama Madrid, Makelele mampu meraih tujuh trofi, termasuk Liga Champions 2001/2002.
Kisah manis Makelele di Madrid berakhir karena Florentino Perez yang saat itu menjabat sebagai presiden Los Blancos dianggap serakah.
Perez memiliki ambisi membentuk Los Galacticos. Dia mendatangkan David Beckham pada 2003.
Awalnya Perez hendak memperpanjang kontrak dan menaikkan gaji Makelele. Namun, kedatangan Beckham membuat kas Madrid terkuras.
Makelele hanya mendapatkan gaji lima kali lebih rendah dibandingkan yang diterima Beckham.
Dia pun pindah ke Chelsea. Kepergian Makelele membuat banyak pemain Madrid kecewa. Salah satunya ialah Zidane.
Konon Zidane menyebut penjualan Makelele merupakan kesalahan terbesar Madrid.
Legenda Madrid Fernando Hierro pun mengakui bahwa Makelele memiliki peran sangat penting.
“Dia pemain terbaik di tim dalam beberapa tahun, tetapi publik tidak menyadarinya,” kata Hierro.
Madrid berusaha mencari pengganti Makelele dengan mendatangkan Thomas Gravesen dari Everton. Namun, kemampuan Gravesen tidak sebanding dengan Makelele.
Performa Makelele makin garang bersama Chelsea. Di bawah asuhan Claudio Ranieri dan Joe Mourinho, Makelele selalu mendapatkan satu slot di lini tengah.
Kedatangan Makelele disebut-sebut mengubah kebiasaan klub-klub Inggris yang menggemari format 4-4-2 flat.
Mereka mengganti formasi menjadi 4-2-3-1. Bersama Chelsea, Makelele bermain dalam pola 4-4-2.
Namun, dia lebih sering bermain di depan empat bek. Dia pun sangat jarang merangsek ke kotak penalti lawan.
Tugas untuk menyerang diserahkan kepada Frank Lampard, sedangkan Makelele harus memutus aliran serangan lawan.
Sepanjang kariernya, Makelele hanya berhasil mencetak 25 gol dalam 802 pertandingan.
Setelah Makelele pensiun, sangat banyak pemain yang dianggap menjadi penerusnya. Salah satunya ialah Lassana Diarra.
BACA JUGA: Karena Mulut Pedasnya, Mourinho Jadi Musuh Umat Islam Italia
Namun, kemampuan Diarra dianggap kalah jauh dibandingkan Makelele. Pemain yang dianggap paling mendekati Makelele ialah Kante.
Kebetulan keduanya sama-sama dari Prancis dan pernah diorbitkan Ranieri. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News