GenPI.co - Klub sepak bola legendaris Indonesia, Persebaya, dinilai bukanlah ikon dari Kota Surabaya, lantas apa?
Semua bermula dari permasalahan Persebaya Surabaya yang menilai harga sewa Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya (GBT) meningkat drastis.
BACA JUGA: Persija Hancurkan Persib, Jakmania Seksi Ini Beri Pesan Aduhai
Sebelumnya, diketahui harga sewa Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya hanya sekitar Rp30 juta untuk satu pertandingan level Liga 1.
Lalu untuk pertandingan berskala level internasional (biasa digunakan oleh Timnas Indonesia untuk uji coba) tarifnya sekitar Rp70 juta per laga.
Namun kini, harganya meningkat drastis, yakni sekitar Rp444 juta untuk satu laga saja.
Tentu hal ini menuai sorotan dan keberatan dari pihak Persebaya. Melalui sekretarisnya, Ram Surahman mengaku sangat keberatan jika timnya harus membayar Rp444 juta per hari.
Hal tersebut tak lepas dari pemasukan Persebaya yang tidak besar jika bukan melawan klub besar ataupun klub rival.
"Kami itu kalau laga besar, kita malah merogoh kocek lebih dalam. Untuk pengamanan, dan lainnya. Kalau harga stadion sudah segitu, bagaimana kita bisa menutup operasional tim?" ucap Ram Surahman dikutip dari ngopibareng.
"Padahal di kota lain pemkab atau pamkotnya mendukung sekali dengan memberikan harga khusus untuk timnya. Kok Surabaya merasa tidak bangga? Kan ini ikon," tambahnya menjelaskan.
Menanggapi hal ini, Pemkot Surabaya pun turut buka suara. Melalui Kabag Hukumnya, Ira Tursilowati, mengatakan bahwa Persebaya bukanlah ikon Surabaya melainkan perusahaan bisnis.
BACA JUGA: Ada Magis Bambang Pamungkas dari Pembantaian Persija atas Persib
"Jangan dibilang ikon, Persebaya ini perusahaan bisnis," jawab Ira.
"Subjektif kalau bilang itu ikon. Jadi kita tidak bisa mengatur di Perda harga-harga khusus," tegas Ira.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News