GenPI.co - Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan membeberkan bahwa tersangka teroris bom bunuh diri Gereja Katedral Makassar merupakan anggota jaringan teroris JAD yang dibaiat di Markas FPI.
Pasalnya, setelah ditelusuri oleh pihak kepolisian, Ahmad Ramadhan mengungkapkan bahwa tak hanya JAD, tetapi sejumlah organisasi terlarang juga dibaiat di Markas FPI.
BACA JUGA: Akademisi UI Seret Amien Rais dan Din Syamsuddin di Kasus Bom
"Ikut kajian dan berbaiat di Markas FPI yang merupakan markas yang merupakan organisasi terlarang. Diikuti Ustaz Basri," ujar Ahmad Ramadhan, Selasa (30/3).
Sementara itu, pegiat media sosial, Eko Kuntadhi menyebut pria pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Kota Makassar ikut berbaiat kepada jaringan terorisme ISIS bersama Munarman eks Sekretaris Umum FPI.
Hal tersebut dibeberkan Eko Kuntadhi lewat cuitannya di Twitter, seperti dikutip GenPI.co, Rabu (31/3).
Eko Kuntadhi menyebut, pelaku bom bunuh diri di Makassar itu yakni Lukman pada 2015 ikut berbaiat kepada ISIS bersama Munarman.
BACA JUGA: Moeldoko Tertipu Makelar Politik, Skenario Mautnya Salah Langkah
"Lukman, pengantin bom bunuh diri di Makassar pada 2015 ternyata ikut baiat kepada ISIS bersama Munarman," ungkap Eko Kuntadhi.
Oleh sebab itu, tak mengherankan apabila pelaku bom bunuh diri itu tampak beringas dalam menjalankan aksinya tersebut.
"Pantesan beringas!" jelaas Eko Kuntadhi.
Sebelumnya, aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan ditangkapnya empat orang terduga teroris di Condet oleh Densus 88 menyeret nama organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI).
Menanggapi fakta tersebut, Munarman membantah keras perihal FPI ada kaitan dengan aksi teror yang terjadi belakangan ini.
Munarman menyebutkan bahwa hal tersebut hanyalah operasi media besar yang bertujuan untuk menyudutkan FPI.
Bahkan, ia tak segan menuding bahwa hal ini dilakukan untuk melegalisasi kasus pembunuhan terhadap enam laskar FPI pada 7 Desember 2020 silam.
Hal itu disampaikan Munarman saat diwawancarai stasiun televisi
"Ini ada operasi media besar-besaran dan sistematis, untuk penggalangan opini publik dalam rangka memframing, menstigma, dan melabelisasi saya mau pun FPI agar diteroriskan," tegas Munarman, Selasa (30/3).
Munarman menilai, tujuan dari operasi tersebut ialah agar FPI dilabeli sebagai organisasi teroris.
"Supaya kalau nanti saya mati ditembak di jalan, digerebek, orang bakal bilang. ‘Ya, udah lah, dia teroris juga, nggak apa-apa’. Itu saja tujuan operasi media ini," beber Munarman.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News