GenPI.co - Pengamat politik dari Universitas Islam Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta Ujang Komarudin blak-blakan meminta Megawati Soekarnoputri turun takhta. Sebab, PDIP merupakan salah satu partai politik yang sudah lama tidak melakukan regenerasi pemimpinnya.
Namun, Ujang Komarudin pun membeberkan, meski dilalui dengan pemilihan kader, untuk menjadi ketua umum PDIP tidak semudah yang dibayangkan.
BACA JUGA: Pernyataan Natalius Pigai Bikin Bergetar, Habib Rizieq Jadi Lega
Bagi siapapun orang yang ingin maju, wajib hukumnya minta izin kepada Megawati.
Pasalnya, Megawati hingga kini masih jadi sosok sentral yang menentukan siapa yang berhak menjadi Ketua Umum PDIP.
Sementara itu, Sosiolog Arief Munandar ikut berkomentar soal pengganti Megawati.
Arief Munandar blak-blakan mengatakan, citra Megawati dan trah Soekarno memang begitu lekat dengan PDIP.
BACA JUGA: Rutin Mandi Air Hangat Ternyata Manfaatnya Luar Biasa, Ajaib
Namun, bukan tidak mungkin PDIP di masa depan akan dipimpin oleh orang di luar trah Soekarno.
"Sekarang ada dua anak Megawati yang ada di sana, yakni Puan Maharani dan Muhammad Prananda Prabowo, yang digadang-gadang menggantikan ibunya," jelas Arief Munandar di kanal YouTube Bang Arief, Senin (22/3).
Namun, Joko Widodo (Jokowi) masih cukup berpeluang untuk menjadi orang nomor satu di PDIP.
Menurut Arief, suara-suara dari akar rumput PDIP banyak yang menghendaki partai ini jadi lebih terbuka.
"Mungkin kelompok ini yang akan mendorong Pak Jokowi untuk menggantikan Bu Mega," ungkapnya.
Meskipun demikian, hal itu akan cukup sulit dilakukan. Sebab, hubungan Megawati dan Jokowi tampak kurang mulus. Hal itu terlihat dari beberapa persinggungan antara Mega dan Jokowi.
"Contohnya soal ribut KLB Sibolangit, itu ada dua silaturahmi. AHY 9 Maret silaturahmi ke Istana Bogor, di sana pemerintah memberi jaminan akan menyelesaikan kemelut Demokrat sesuai perundang-undangan yang berlaku," kata Arief.
Akan tetapi, sehari setelahnya, ada kabar yang menyebut Ketum Demokrat versi KLB Moeldoko juga berkunjung ke Megawati.
Namun, hal sebaliknya diungkapkan Direktur Lingkar Wajah Kemanusiaan (LAWAN Institute) Muhammad Mualimin.
"Megawati tidak perlu mundur untuk menghadapi Pilpres 2024," katanya.
Mualimin menjelaskan, Megawati hanya harus memberikan rekomendasi dan kebijakan partai ke arah mana untuk mendekati generasi milenial.
"Ketua DPR RI Puan Maharani bakal menjadi generasi milenial jika berhadapan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo di Pilpres," jelasnya.
Baginya, Megawati punya ambisi besar yang belum tercapai dan akan berupaya diwujudkan.
"Tidak akan lengser jika anaknya (Puan, Red) belum menjadi presiden," ungkapnya.
Menurutnya, terpenting Puan dapat maju dahulu untuk Pilpres dan bersaing dengan para calon lainnya.
"Menang dan kalah urusan nanti. Terpenting Megawati akan tetap menjadi ketua umum sampai Pilpres 2024," kata Muhammad Mualimin.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News