GenPI.co - Akademisi Rocky Gerung mendadak merespons pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto tentang keputusan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi melakukan impor beras.
Sebelumnya, Hasto Kristiyanto mengatakan sikap partainya menolak impor beras bukan tanpa alasan.
BACA JUGA: Pernyataan Natalius Pigai Bikin Bergetar, Habib Rizieq Jadi Lega
Sejak setahun lalu, PDIP telah memelopori gerakan menanam tanaman pendamping beras yang dilakukan oleh struktur, eksekutif, dan legislatif partai.
PDIP mengingatkan Lutfi merupakan pembantu Presiden Jokowi. Hasto mengatakan jangan sampai bekas Duta Besar Amerika Serikat itu menjadi beban presiden.
"Memaksakan impor beras secara sepihak, tidak hanya bertentangan dengan politik pangan Presiden Jokowi, tetapi mencoreng muka presiden yang belum lama mengampanyekan gerakan cinta produksi dalam negeri," kata Hasto dalam keterangan yang diterima, Senin (22/3).
Dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, pengamat politik ini menilai bahwa tidak ada keterkaitannya sama sekali antara politikus PDIP dengan impor beras.
BACA JUGA: Rutin Mandi Air Hangat Ternyata Manfaatnya Luar Biasa, Ajaib
Rocky Gerung menilai hal itu merupakan suatu kepentingan politik saja, karena Presiden sendiri pun belum membuka pembicaraan lagi mengenai hal ini.
"Langsung nyolong headline," kata Rocky Gerung, Selasa (23/3).
Menurut Rocky Gerung, seharusnya sebagai masyarakat memercayai Bulog perihal penuhnya stok beras di gudang Bulog.
"Kita politisi harus kepo, ngapain PDIP begitu gempar. Karena sebetulnya kita harus percaya Bulog," jelas Rocky Gerung.
Hal itu akhirnya berkesinambungan dengan pernyataan kepala daerah. Sebab, Rocky Gerung menganggap bahwa Kepala Daerah lebih mengerti keadaannya karena dekat dengan petani.
"Tapi yang bagus sebetulnya opini dari beberapa kepala daerah, karena hal itu real jika kepala daerah yang berbicara dia itu melindungi petani," beber Rocky Gerung.
"Kalau PDIP yang bicara itu semacam sinyal terkait dengan politik, kan kita harus curiga kalau politisi yang bicara kan," tambahnya.
Mantan dosen Universitas Indonesia ini menjelaskan adanya kesimpangsiuran informasi, karena Presiden belum mengambil keputusan dan mengakibatkan Menterinya berselisih.
"PDIP bilang nggak perlu, Golkar bilang itu perlu, Menteri Pertanian bikin opini yang berbeda, berbagai macam pemikiran ada di kabinet dan Presiden tetap bisu," ungkap Rocky Gerung.
"Yang pada akhirnya orang berpikir bukan masalah gudang yang ada di Bulog melainkan Gudang Politik yang kosong," lanjutnya.
Rocky Gerung pun mengatakan bahwa masyarakat disiksa untuk melihat pemimpin rakyat seperti pro rakyat namun sebaliknya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News