GenPI.co - Mantan pendiri Partai Demokrat Max Sopacua membongkar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam memimpin partai berlambang mercy.
Max sangat menyesalkan kepemimpinan SBY yang membawa Partai Demokrat menjadi partai dinasti yang membuat kepercayaan masyarakat menurun.
BACA JUGA: Pilpres 2024, Diprediksi Ada 3 Paslon Capres
"Itulah landasan kita berjuang, yang ditanamkan oleh para pendiri pada saat awal, tetapi dalam kepemimpinan SBY sebagai Ketua Umum, Partai Demokrat dikerdilkan menjadi partai keluarga," kata Max dalam keterangan, Selasa (23/2),
"Rekam jejaknya masih ada, saksi dan orang-orangnya masih lengkap sehat wal afiat," lanjutnya.
Max menjelaskan, meskipun SBY menahkodai langsung sebagai Ketua Umum dan kala itu juga masih menjabat Presiden RI, tapi perolehan Partai Demokrat di Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 malah menurun menjadi 10%.
SBY kemudian menobatkan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi sebagai Komandan Tugas Utama (Kogasma) Partai Demokrat setelah kalah dalam Pilkada DKI 2017. Kogasma bertugas memenangkan Pemilu 2019.
"Sejatinya, kemampuan AHY dalam membawa kemenangan Partai Demokrat sudah diuji-cobakan pada Pemilu 2019, namun alhasil bukannya perolehan Partai Demokrat naik atau bertahan, tetapi malah turun menjadi 7,7 persen," kata Max.
Max bercerita, setelah Kongres I Partai Demokrat di Bali pada 2005 dilanjutkan dengan Musyawarah Daerah (Musda) di provinsi dan Musyawarah Cabang (Muscab) di kabupaten/kota, berbondong-bondong ada yang Gubernur dan ada para bupati masuk memimpin, mengambil posisi menjadi Ketua DPD dan DPC.
"Dan tidak ada yang mengusik mempertanyakan, kapan kepala daerah yang bergabung saat itu, membuat KTA (kartu tanda anggota)? Oleh karena sejatinya Partai Demokrat memang berazaskan partai modern dan terbuka," katanya.
Max melanjutkan, usai 2009 menjadi babak baru Partai Demokrat setelah Anas Urbaningrum menggantikan SBY menjadi Ketua Umum produk KLB (kongres luar biasa) di Bali 2013 dan putranya Edy Baskoro Yudhoyono tetap menjadi Sekretaris Jenderal.
"Maka mulai saat itulah masyarakat menyetempel Partai Demokrat adalah partai keluarga," katanya.
Pada Kongres 2015 di Surabaya, lanjutnya, SBY kembali dikukuhkan sebagai Ketua Umum, setelah mengadang paksa pencalonan Marzuki Alie.
"Padahal SBY pada KLB Bali berjanji, tujuan mengganti Anas Urbaningrum hanya untuk mengantarkan sampai Kongres 2015. Padahal seandainya SBY memiliki etika moral politik dan kepemimpinan yang baik, tentunya mempersilakan Marsuki Alie untuk menjadi Ketua Umum," bebernya.
"Siapa sangka guru politik yang selalu menanamkan jujur cerdas dan santun kepada kader Demokrat, ternyata beliau sendiri yang tidak jujur," tegasnya.
Max mengungkapkan, dalam kepengurusan DPP 2015-2020 jabatan strategis di jajaran pengurus DPP dikuasai oleh keluarga.
BACA JUGA: Eks Loyalis SBY: Jokowi Bisa Menang Calonkan Presiden Kembali
Dia menjelaskan, partai yang dikelola dengan manajemen keluarga terbukti tidak bisa membesarkan dan memenangkan Partai Demokrat.
Terlebih setelah sejak kepemimpinan SBY hingga ke kongres AHY 2020 menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dengan cara aklamasi yang dipaksakan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News