FPI dan Habib Rizieq Memang Top, Bikin Istana Takut Setengah Mati

04 Januari 2021 07:50

GenPI.co - Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan pemerintah takut dengan Front Pembela Islam (FPI) yang dinilai makin besar. Oleh sebab itu, pemerintah bersikeras untuk membubarkannya. 

"FPI itu tumbuh besar karena kesalahan pemerintah," jelas Ujang kepada GenPI.co, Sabtu (2/1). 

BACA JUGA: Hendropriyono Bongkar Bahaya FPI, Istana Bikin Habib Rizieq Diam

Sebab, masyarakat dinilai merasa kecewa dengan pemerintah. 

"Dalam situasi pandemi rakyat susah, dan mereka kecewa terhadap DPR terkait penanganan corona dan UU ciptakerja," paparnya. 

Dosen Universitas Al-Azhar tersebut menyatakan kekecewaan publik tersebut yang membuat Habib Rizieq Shihab (HRS) dan FPI tumbuh besar.

"FPI dan HRS jadi besar karena harapan publik untuk bisa mengkritik DPR dan pemerintah yang tidak pro rakyat," jelas Ujang.  

BACA JUGA: Terbongkar! Ini Alasan Istana Bubarkan FPI, Akademisi Top Kaget

Besarnya Habib Rizieq pun menjadi persoalan baru bagi pemerintah. Jika tidak dihentikan pergerakannya, FPI akan besar dan merepotkan pemerintah.

"Oleh sebab itu dikunci dan dihentikan dari saat ini," katanya.

Sementara itu, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun membongkar mengenai psikologi Istana dan orang yang berada di lingkaran Presiden Jokowi. 

Menurutnya, orang-orang dekat Jokowi tidak suka dengan Habib Rizieq Shihab karena seringkali mengkritik pemerintahan.

"Mereka pasti orang yang tidak berkenan, tidak suka dengan Habib Fizieq karena mereka adalah kelompok yang selalu mengkritik pemerintahan Jokowi dan memang dalam pilpres terakhir terang-terangan mendukung Prabowo Subianto," jelas Refly Harun.

Dalam kanal YouTube-nya, ia mengatakan bahwa FPI merupakan salah satu motor yang mengkritik keras pemerintahan. 

"Bahkan bisa dikatakan FPI adalah salah satu motornya, dan berkali kali pula Habib Rizieq memberi komando dari Arab Saudi untuk mendukung Prabowo dan meminta presiden Jokowi mundur saja bila tidak mampu memerintah," ungkapnya.

Menurut Refly Harun, FPI bukanlah kelompok yang menyenangkan bagi Istana. Oleh karena itu, ketika ada kejadian yang paling besar yaitu tewasnya enam laskar FPI, Jokowi tetap diam.

"Tapi Presiden Jokowi tidak tergerak untuk menganggap ini serius karena psikologi Istana tadi yang memang tidak menyukai kelompok itu tadi," jelas Refly. 

"Bahkan psikologi itu pula yang menggerakan beberapa pihak untuk mengucapkan selamat kepada Polda Metro Jaya melalui karangan bunga," tambahnya.

Menurutnya, ada juga yang mengunggah di media sosial seolah-olah kematian enam laskar FPI tersebut merupakan berita gembira. 

Seperti menyambut kematian seorang pengacau keamanan residivis, orang yang berbahaya dan tidak patut hidup.

"Ini yang menurut saya berbahaya karena menumpulkan rasa kemanusiaan kita. Terlepas bahwa kelompok FPI ini barangkali bukan kelompok yang disukai pemerintah dan selalu berseberangan dengan Istana terutama Presiden Jokowi." tegas Refly.

"Akan tetapi kita harus tetap menjalankan amanat konstitusi kita untuk melindungi segenap bangsa," imbuhnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co