GenPI.co - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun menyoroti temuan Komnas HAM baru-baru ini. Menurutnya, beberapa temuan autopsi dari pihak Polri tidak seperti apa yang ditemukan oleh pihak Front Pembela Islam (FPI).
"Padahal secara kasatmata dilihat, bahwa ada kulit yang mengelupas, lebam, memar dan sebagainya. Harus ada autopsi ulang oleh tim yang independen, bukan di bawah pihak kepolisian tentunya," ujar Refly Harun, Senin (28/12).
BACA JUGA: Eks Anak Buah SBY Curiga Langkah JK, Mengerikan!
Dalam kanal YouTube-nya, Refly merasa dari konferensi pers ini paling tidak, publik berharap Komnas HAM sudah menemukan arah penyelesaian kasus.
Walaupun, sebenarnya bukti-bukti yang ditemukan di lapangan harus diverifikasi.
"Kita memang harus menunggu, mudah-mudahan Komnas HAM tidak diintervensi dan tetap independen. Sehingga, kita berharap kebenaran bisa ditegakkan," ujarnya.
Refly juga mempertanyakan soal barang bukti berupa tujuh proyektil dan empat selongsong peluru.
BACA JUGA: Politikus Top PDIP Bongkar Fakta Pesantren FPI, Mengejutkan
"Pertanyaan mendasar adalah, dari tujuh proyektil dan empat selongsong peluru yang dianggap barang bukti ini milik siapa? Apakah milik laskar FPI ataukah milik Kepolisian? Atau dilihat standar peluru yang digunakannya, ini senjata organik milik siapa," tanya Refly.
Refly juga mengatakan bahwa mencari kebenaran tentu saja akan mengidentifikasikan dan menegaskan.
Siapa yang salah harus mendapatkan proses hukum yang adil, mempertanggung jawabkan kesalahannya yang benar tidak boleh disalahkan.
"Sejauh ini belum mendapatkan petunjuk apa-apa dari Komnas HAM. Walaupun beberapa pihak meyakini ini merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia," beber Refly.
Menurut analisis Refly, ada kemungkinan Komnas HAM ragu untuk memberikan atau mencapai kesimpulan.
Ia juga mengatakan, bahwa secara psikologis biasanya kalau kesimpulannya mengarah kepada kesalahan FPI, mungkin tidak terlalu sulit untuk membuat kesimpulan.
"Akan tetapi kalau yang terlibat adalah institusi pemilik kewenangan, kekuatan, barangkali lebih sulit," tutup Refly.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News