GenPI.co - Arah dukungan politik pada pemilihan presiden (Pilpres) pada tahun 2024 mendatang diprediksi telah berubah usai lawan Jokowi yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga uno gabung ke kabinet Indonesia Maju.
Pengamat politik Universitas Nasional, Andi Yusran mengatakan, jika merujuk pada Pilpres 2019 lalu, basis pemilih secara umu sudah terbelah. Yakni pemilih ideologis dan pemilih non ideologis.
BACA JUGA: Pengamat: Risma dan Sandi Masuk Kabinet Ada Kepenting Politik
Andi melihat, Sandiaga Uno merupakan representasi ke basis pemilih nonideologis. Jenis pemilih seperti ini sangat susah benar-benar loyal komitmen politiknya.
"pemilih ideologis yakni santri dan sejenisnya. Nah, pemilih non-idelogis yaitu abangan, nasionalis dan pemilih pragmatik. Sandi sudah bergabung di basis pemilih nonideoligis," kata Andi Yusran dalam keterangannya, Sabtu (26/12).
Menurut Doktor Politik Universitas Padjajaran ini, peluang Sandiaga Uno mencalonkan diri sebagai presiden tetap terbuka. Sebabnya, penggagas gerakan Oke oce ini memiliki basis finansial yang kuat.
Meski demikian, Andi meyakini elektabilitas mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu akan melorot.
Selain hilangnya dukungan emak-emak, pemilih ideologis yang kerap menjadi pembela utama Sandiaga Uno mulai beralih.
Apalagi, ditambahkan Andi, beberapa nama potensial yang kuat pada Pilpres 2024 mendatang muncul sosok yang terlihat melakukan konsolidasi secara rutin.
BACA JUGA: Sikap JK Pemberani, Niscaya Mengguncang Dunia
"Elektabilitasnya diprediksi ‘melorot’ pasca bergabung dengan kubu Jokowi. Dukungan emak-emak dan pemilih ideologis diprediksi akan sulit diperoleh lagi," demikian kata Andi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News