GenPI.co - Ekonom Senior Rizal Ramli menilai capaian ekonomi tahun 2020 jauh dari kata berhasil.
Menurut Rizal Ramli, selain disebabkan faktor eksternal berupa pandemi covid-19, keterpurukan ekonomi juga tidak lepas dari faktor internal di jajaran Kabinet Indonesia Maju.
BACA JUGA: Mendadak Amien Rais Bongkar Fakta Mengejutkan, Ngeri!
Menurutnya, ada banyak kebijakan fiskal yang berada di bawah komando Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Rizal Ramli pun menyoroti kebijakan utang, ia mengatakan bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keuntungan kepada kreditor dengan membuat bunga utang yang cukup tinggi.
"Misalnya, di bank ada kalau mau pinjam kredit (bunga) pinjamannya 15 persen. Para pengusaha datang ajukan kredit, mereka negosiasi jangan 15 persen tapi 12-13 persen," jelas Rizal Ramli, Kamis (24/12).
BACA JUGA: Akademisi Top Bongkar Jokowi dan Gibran, Situasi Makin Mencekam
"Tapi ada satu negara yang datang mau bayar bunga 17-18 persen, 2 persen lebih mahal dari pasar selama 10 tahun," tambahnya.
Dalam kanal YouTube Fadli Zon Official, ia juga mengatakan bahwa kebijakan utang dengan bunga yang tinggi seperti itu, tidak dilakukan oleh negara tetangga Indonesia seperti Singapura hingga bahkan Jepang dan China.
"Karena enggak ada diseluruh dunia menteri keuangan yang pinjam dengan bunga kemahalan. Misalnya menteri keuangan Singapura, Jepang, China kalau pinjam dia tekan semurah mungkin bukan semahal mungkin," beber Rizal Ramli.
BACA JUGA: Takdirnya Sukses, 4 Zodiak Siap-siap Tajir Akhir Tahun
"Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam 10 dolar, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," tambahnya.
Rizal Rami juga melihat kebijakan tax holiday bagi para pengusaha besar justru membuat sakit penerimaan negara.
Menurutnya, tax ratio atau penerimaan pajak di awal tahun 2020 tersebut realisasinya tidak mencapai lebih dari 10 persen.
Berbeda dengan saat Rizal Ramli menjabat sebagai Menko Ekuin 20 tahun lalu, yang berhasil merealisasi hingga 11,5 persen dari GDP.
"Hari ini sebelum krisis (covid-19), 10 persen. Dengan krisis ini penerimaan pajak bakal lebih anjlok lagi. Bahkan bisa 60-65 persen dari target. Itu yang menjelaskan kita akan kesulitan cash flow. Penerimaan pajak kita anjlok, besar sekali," papar Rizal Ramli.
Mantan Menko Kemaritiman ini juga memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun 2021 masih akan sulit, bahkan lebih buruk dari krisis moneter tahun 1998.
Ia pun mengatakan bahwa Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani dalam kinerja keuangan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News