GenPI.co - Mendadak nama Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab kembali menjadi sorotan di tanah air.
Sepak terjangnya selalu membuat publik terperangah, bahkan Istana dan elite politik yang berseberangan pun dibuat ketar-ketir.
BACA JUGA: Astaga! Munarman FPI Mengaku Ini, Sangat Mengejutkan
Melesat bak meteor, Habib Rizieq pun menjelma menjadi salah satu bakal calon presiden 2024 yang potensial berdasarkan hasil lembaga survei.
Oleh sebab itu, berbagai cara pun dilakukan untuk menghentikan manuver dan langkahnya yang dianggap berbahaya untuk pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Pengamat politik Adi Prayitno blak-blakan menilai pemerintah kurang nyaman dengan FPI dan Habib Rizieq Shihab karena dua hal.
BACA JUGA: Politikus PDIP Bongkar Tujuan Tersembunyi Habib Rizieq, Ngeri!
Faktor pertama ialah narasi politik yang dilontarkan FPI dan Habib Rizieq terdengar agresif verbal.
Adi mencontohkan diksi NKRI Bersyariah yang selama ini didengung-dengungkan.
"Itu tentu membuat pemerintah tak nyaman," kata Adi, Kamis (10/12).
BACA JUGA: 3 Shio Hokinya Melesat ke Langit, Bikin Badai Rezeki Akhir Tahun
Dia juga menyoroti kata tagut dan kafir yang kerap dilontarkan untuk membuat pemerintah tidak nyaman.
"Saya kira itu dua istilah yang cukup buruk dalam pandangan politik Islam," jelas Adi.
Adapun faktor kedua ialah mobilisasi massa. Adi menjelaskan, FPI mampu memobilisasi politik jalanan.
Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu mencontohkan reuni 212.
"Reuni-reuni 212 itu aktor mobilisatornya teman-teman simpatisan FPI dan tokoh yang dikenal dekat dengan FPI," kata Adi.
Menurut Adi, narasi politik dan mobilisasi massa yang dilakukan FPI dan Habib Rizieq membuat pemerintah tidak nyaman.
"Dua hal itu yang sepertinya membuat pemerintah khawatir," kata Adi.
Sementara itu, dalam skenario partai politik Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri sudah memasang ancang-ancang menghadapi Pilpres 2024.
Meski Pilpres 2024 baru digelar empat tahun lagi, Megawati disebut-sebut sudah mempunyai cara untuk mendapatkan hasil manis.
Salah satunya ialah memasangkan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Menurut ahli hukum tata negara Refly Harun, Megawati kemungkinan besar akan mengabaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Ada skenario Megawati tidak akan mengajukan Ganjar Pranowo," kata Refly sebagaimana dikutip GenPI.co dari kanal YouTube pribadinya, Senin (30/11).
Dalam kesempatan itu Refly juga menyebutkan beberapa nama yang berpotensi maju pada Pilpres 2024.
Mereka di antaranya ialah Gubernur Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Ada juga Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab dan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno.
"Mereka orang duafa dari partai politik," kata Refly.
Refly lantas merujuk pada wawancaranya dengan Ketua PA 212 Slamet Ma'arif.
Dalam wawancara itu Slamet menyebut Habib Rizieq tidak mau dicalonkan menjadi presiden.
Pasalnya, Habib Rizieq merasa lebih tinggi daripada presiden. Refly pun bisa memaklumi alasan itu.
"Bisa saja karena dia pemimpin spiritual dunia dan akhirat," ujar Refly.
Meskipun demikian, Refly menilai peluang Habib Rizieq maju sebagai capres tetap ada.
"Bukan tidak mungkin kalau masyarakat menghendaki dan ada aspirasi tengah kanan yang solid, maju juga berpasangan dengan Anies Baswedan,” sambung Refly.
Namun, Refly menilai duet Habib Rizieq dan Anies Baswedan tidak menarik karena satu jurusan.
"Saya tidak mau etnik, tetapi faktanya demikian," kata Refly.
Refly juga menilai Habib Rizieq bisa berpasangan dengan Gatot yang memiliki pengalaman di bidang militer.
"Untuk Habib Rizieq, apakah dia mau menjadi capres dan apakah elektabilitasnya akan terus mencelat?" kata Refly.
Pertanyaan lainnya ialah apakah elektabilitas Habib Rizieq akan tetap di urutan keempat atau kelima.
"Kalau kita bicara head to head dengan dua atau tiga calon, peluangnya tidak besar," kata Refly.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News