GenPI.co - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 masih jauh. Akan tetapi, peta politik sudah mulai ramai diperbincangkan.
Terbaru, berdasarkan hasil survei Y-Publica, PDIP diprediksi unggul dalam pemilihan legislatif tersebut.
BACA JUGA: Wahai Pria... Lakukan 3 Sentuhan Ini Agar Wanita Terpesona
Di mana, jika pemilu digelar saat-saat sekarang, elektabilitas PDIP mencapai 30,3 persen, jauh di atas perolehan partai-partai politik yang lain.
"Tingginya elektabilitas PDIP tidak bisa dilepaskan dari posisi sebagai partai berkuasa pemenang Pemilu 2019 lalu," ungkap Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono di Jakarta, Rabu (5/3).
BACA JUGA: Meski Tersakiti, 4 Zodiak Ini Paling Beruntung
Menurut Rudi Hartono, PDIP menjadi magnet bagi berbagai kekuatan politik untuk dapat masuk ke dalam lingkaran kekuasaan.
Sementara, posisi berikutnya diduduki oleh Gerindra dengan elektabilitas 15,2 persen dan Golkar 10,3 persen.
Menurut Rudi, rekonsiliasi antara kubu Jokowi dan Prabowo berdampak pada semakin mantapnya posisi Gerindra sebagai runner-up.
BACA JUGA: Jangan Anggap Sepele, 3 Tanaman Hias Ini Ampuh Usir Nyamuk
Posisi Golkar makin tergerus, tidak berhasil mengembalikan kejayaannya seperti pada pemilu-pemilu sebelumnya.
Berturut-turut pada posisi papan tengah adalah PKS (6,4 persen), PKB (5,6 persen), Demokrat (3,5 persen), dan PPP (3,3 persen).
"Nasdem yang sebelumnya naik perolehan suaranya pada Pemilu 2019, kini turun jauh hanya tersisa 2,9 persen, bisa jadi mengingat ketegangan antara Nasdem dengan kubu Jokowi dan PDIP," ungkap Rudi.
BACA JUGA: Virus Corona Masuk ke Indonesia, Ini Terawangan Mbah Mijan...
Demikian pula dengan PAN yang anjlok elektabilitasnya menjadi tinggal 1,4 persen.
Menurut Rudi, posisi PAN yang saat ini berada di luar pemerintahan ditambah dengan gonjang-ganjing kepemimpinan, usai ricuh dalam kongres berkontribusi negatif bagi elektabilitas parpol besutan Amien Rais tersebut.
BACA JUGA: Revisi UU ASN bak Angin Surga, Nasib Honorer K2 Makin Amburadul
Sementara lain, peta pemilihan calon presiden tampaknya tidak linear dengan pemilihan legislatif.
Meskipun PDIP unggul, tetapi tokoh-tokoh yang berpeluang maju dalam Pilpres masih rendah elektabilitasnya.
"Stok kader PDIP memang cukup berlimpah, sebut saja Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Puan Maharani yang masuk dalam 10 besar pilihan masyarakat," ungkap Rudi.
Tetapi masih jauh di bawah Prabowo Subianto (23,7 persen), Anies Baswedan (14,7 persen), dan Sandiaga Uno (10,3 persen).
Elektabilitas kader PDIP paling tinggi Ganjar (8,0 persen), Risma (3,6 persen), paling buncit Puan (1,1 persen).
Selain itu masih ada Ridwan Kamil (4,9 persen), Erick Thohir (4,1 persen), Mahfud MD (2,9 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (1,6 persen).
"Rata-rata mereka diuntungkan dengan posisi saat ini menjabat di kekuasaan, baik menteri maupun gubernur/walikota," jelas Rudi.
Dengan elektabilitas yang masih sangat tinggi, Prabowo berpeluang untuk dicalonkan kembali pada Pilpres 2024.
"Jika disimulasikan, pasangan Prabowo-Anies unggul jauh dengan dukungan publik mencapai 35,4 persen, sedangkan Prabowo-Puan yang mencerminkan keterwakilan PDIP hanya didukung sebesar 11,8 persen," ungkap Rudi.
Pasangan Prabowo-Puan bahkan masih kalah dari Prabowo-Sandi yang sebelumnya bertarung dalam Pilpres 2019 dengan tingkat dukungan mencapai 23,3 persen.
"Ini menjadi tantangan serius bagi PDIP, mengingat kemungkinan Prabowo-Anies menjadi pasangan yang paling kuat dan tidak terkalahkan saat ini," beber Rudi mengingatkan.
Jika Prabowo tidak maju pada 2024, Anies berpeluang menjadi capres yang diunggulkan.
Pasangan nostalgia Pilkada DKI 2017 Anies-Sandi paling favorit dengan dukungan 28,8 persen, disusul Anies-RK (21,0 persen), dan Anies-AHY (9,8 persen).
Alternatif lainnya adalah Sandi-RK (31,3 persen), Sandi-Erick (27,6 persen), dan Sandi-AHY (30,3 persen).
"Nama Puan tidak muncul dalam simulasi pilpres tanpa Prabowo, menunjukkan rendahnya dukungan terhadap penerus dinasti politik PDIP," pungkas Rudi.
Sebagai catatan, keseluruhan sebanyak 25 tokoh yang ditanyakan kepada responden sebagai capres.
Dalam simulasi capres-cawapres, dipilih 5 nama sebagai capres unggulan berdasarkan opini yang berkembang pasca-Pemilu 2019.
Masing-masing dipasangkan dengan sisa nama yang tersedia, menghasilkan 3 pasangan paling unggul dan sebagian sisanya tidak tahu/tidak menjawab.
Y-Publica melakukan survei nasional yang dilakukan pada 11-20 Februari 2020, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) di setiap dapil dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News