GenPI.co - Akademisi menyebut kemenangan Pramono Anung dan Rano Karno di Pilkada Jakarta membuktikan bahwa kampanye seksisme dijauhi publik.
Pengajar pada Departemen Politik Fisip Unair Airlangga Pribadi Kusman mengatakan simpati publik menjauh ketika ada model kampanye dangkal dan cenderung bercorak seksis.
“Kampanye dangkal, bercorak seksis, bertendensi bias gender dan tidak peduli etika kepedulian, membuat simpati publik menjauh,” katanya dikutip dari Antara, Rabu (4/12).
Dia mengungkapkan mode kampanye tersebut yakni terkait istilah janda yang dijadikan sebagai guyonan.
Menurut dia, guyonan tersebut menimbulkan simpati publik hilang. Tentu hal ini menjadi pelajaran politik pada proses politik elektoral.
Selanjutnya pelajaran terkait angka parisipasi pemilih yang rendah dalam Pilkada 2024. Menurutnya, fenomena ini menunjukkan warga Jakarta mengalami kejenuhan politik.
“Adanya dugaan kecurangan saat Pilpres 2024 yang dianggap banyak kalangan berlangsung secara problem etik seta keadilan terjadi,” tuturnya.
Airlangga pun mengingatkan bahwa kualitas politik elektorak ditentukan dari kebesaran hati pasangan calon yang dinyatakan kalah.
“Calon yang kalah sebaiknya menerima hasil dengan hati lapang dan terbuka. Kemudian mengambil pelajaran politik untuk kiprah selanjutnya,” ucapnya.
Pasangan Pramono Anung dan Rano Karno sebelumnya sudah mendeklarasikan kemenangan satu putaran dengan mendapat 50,07 persen suara.
Sementara itu tim pemenangan Ridwan Kamil dan Suswono tetap mengklaim Pilkada Jakarta akan berlangsung dua putaran. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News