GenPI.co - Peneliti Komunikasi Politik Effendi Gazali mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya politisasi agama pada Pilkada Serentak 2024.
Dia menilai politisasi agama bisa mengganggu kerukunan, persatuan, dan stabilitas politik Indonesia.
Effendi Gazali mengatakan ada distorsi yang muncul ketika agama dijadikan alat politik praktis.
“Orang bisa membayangkan diri segera ke ‘surga’ dengan segala keindahan yang sangat amat indah dibandingkan dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi di dunia nyata,” ucap Effendi Gazali di Jakarta, Rabu (19/11).
Menurut Effendi Gazali, objektivitas dalam pengambilan keputusan, baik secara pribadi maupun kolektif, akan menjadi bias.
“Ukuran keadilan, kebenaran, hak asasi, hukum, kesuksesan ekonomi, kesejahteraan hidup, dan kebebasan beragama sudah diukur berdasarkan politisasi agama yang diajukan,” kata Effendi.
Effendi Gazali menjelaskan salah satu ciri penggunaan politisasi agama ialah adanya klaim-klaim penderitaan dan ketidakadilan yang dikaitkan dengan unsur dan nilai agama.
Doktor lulusan Radboud University itu tidak memungkiri memerangi politisasi agama sangat sulit pada era keterbukaan informasi.
Menurutnya, aspek religius merupakan bagian dari kehidupan dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sosial dan politik.
“Komunikasi religiusitas kini tumbuh sebagai bidang ilmu yang terus menggali itu. Isu-isu ini harus didiskusikan dan tidak dibiarkan ditaruh di bawah karpet,” kata Effendi.
Effendi Gazali menyebut membangun narasi dan diskusi positif baik sangat penting dilakukan di lingkungan rumah, kampus, maupun di dunia maya.
“Amat penting mengajak tokoh-tokoh ulama yang dalam, sejuk, dan diterima rakyat,” ucap Effendi Gazali.
Dia juga menyebut mengedukasi generasi muda agar lebih peka terhadap bahaya politisasi agama dalam narasi politik sangat penting.
“Media sosial kata kunci bagi generasi muda. Kita ajak sebagian anak muda menjadi peduli dengan isu ini,” ucap Effendi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News