GenPI.co - Budayawan Muhammad Ainun Nadjib alias Cak Nun membuat heboh di media sosial dengan menyamakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Firaun.
Tak hanya itu, Cak Nun juga menyebut Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Haman.
Hal tersebut diungkapkan Cak Nun dalam sebuah potongan video berdurasi 59 detik yang merekam ceramah budayawan kondang itu di hadapan jemaahnya.
Selain itu, Cak Nun juga menyinggung soal hasil pemilu yang sebenarnya menjadi cerminan tingkat kedewasaan rakyat.
"Hasil pemilu itu mencerminkan tingkat kedewasaan dan tidak kedewasaan rakyatnya, betul nggak? Bahkan algoritma Pemilu 2024. Koen (Kamu), enggak mungkin menang, wis ono sing menang kait saiki," kata Cak Nun.
Menurut tokoh intelektual muslim nahdlatul ulama itu, bahwa Indonesia sebenarnya sudah dikuasai Firaun dan Qorun.
"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan sepuluh naga. Bukan sembilan, sepuluh sekarang ini. Terus Haman yang namanya Luhut," ungkap Cak Nun.
"Jadi, negara iki wis sempurna dicekel (ditangkap), nggak ono bocor-bocore oleh Firaun, Haman, dan Qorun," sambungnya.
Cak Nun membeberkan bahwa yang sudah dipegang itu seluruh sistem, perangkatnya, semua alat-alat politiknya sudah dipegang mereka semua.
"Dari uangnya, sampai sistemnya, sampai otoritasnya, sampai apa pun. Jadi, koen, milih sopo ae iku wis ono sing menang. Nah, itu dewasa apa nggak? monggo?" Jelas Cak Nun.
Merespons ceramah Cak Nun yang viral itu, anggota DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Luqman Hakim mencium gelagat bakal ada pihak yang melaporkan Cak Nun kepada polisi.
"Saran saya, kepada pihak-pihak yang berencana melaporkan Cak Nun kepada polisi, diurungkan saja," jelas Luqman Hakim melalui layanan pesan, Selasa (17/1/2023).
Menurut Luqman Hakim, bahwa kehadiran Cak Nun dengan segala kritik tidak perlu disikapi berlebihan.
"Kehadiran Cak Nun dengan kritik-kritiknya yang tajam adalah kekayaan bagi proses bangsa ini membangun kematangan," ungkap Luqman Hakim.
"Menurut saya, mempolisikan Cak Nun berarti tidak memahami esensi kebudayaan sebagai jalan memperbaiki peradaban," imbuhnya. (JPNN/GenPI.co)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News