GenPI.co - Ketua Badan Pengurus Centra Initiative Al Araf menilai pola kontrol sipil terhadap TNI dan Polri yang subyektif menjadi awal konflik dalam institusi tersebut.
Hal tersebut dia ucapkan untuk menyoroti Anggota DPR RI Komisi I Effendi Simbolon yang menduga ada keretakan dalam hubungan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
“Pola kontrol subjektif itu cenderung mengarah kepada dimensi politisasi pemimpin sipil terhadap TNI dan Polri,” ujar Al Araf kepada GenPI.co, Kamis (8/9).
Menurutnya, pemimpin sipil membangun strategi politik yang pada akhirnya dapat memicu konflik di dalam internal TNI dan Polri.
“Misalnya, dalam proses pergantian pimpinan di tubuh TNI maupun Polri sehingga terjadilah peristiwa konflik Pangima dan KSAD,” tuturnya.
Al Araf mengatakan, strategi tersebut dilakukan agar pemimpin sipil mendapatkan posisi kuat secara politik di hadapan militer maupun Polri.
“Pola kontrol subjektif, politisasi, dan manajemin konflik itu mengakibatkan ketegangan di dalam tubuh TNI dan Polri sekarang,” ucapnya.
Ia menilai pola tersebut tidak sehat dan berpotensi mengakibatkan rapuhnya konsolidasi di dalam TNI dan Polri dalam situasi dan kondisi tertentu.
“Bisa berdampak negatif pada upaya membangun TNI dan Polri yang profesional,” ujar Al Araf.
Seperti diketahui, sebelumnya Effendi Simbolon mengatakan ada isu ketidakharmonisan di tubuh TNI lantaran KSAD Dudung Abdurachman tak pernah hadir rapat dengan Komisi I.
Effendi juga menduga keretakan hubungan antara Jenderal Andika dengan Dudung dipicu oleh isu soal anak KSAD yang gagal masuk akmil. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News