GenPI.co - Peneliti Exposit Strategic Arif Susanto menilai bahwa MPR menjadi sangat kekanak-kanakan di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo alias Bamsoet.
Hal ini disampaikan Arif terkait dengan permintaan pimpinan MPR kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberhentikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Menurut Arif, keributan itu tak lebih sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan bargaining position bagi masing-masing pihak.
“Harapannya, kalau posisi tawarnya naik, tentu kue yang didapat tak berkurang atau makin bertambah,” ujarnya dalam diskusi “MPR vs SMI, Seteru Jelang Reshuffle”, Minggu (5/12).
Arif menilai, bukan tak mungkin permasalahan itu juga terkait dengan rencana perombakan kabinet.
“Bamsoet ini sedang ‘sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui’. Dengan satu tindakan, ada lebih dari satu kepentingan yang bisa terakomodasi,” ungkapnya.
Ia pun mengatakan bahwa dua pimpinan MPR, yaitu Bamsoet dan Fadel Muhammad, sangat kekanak-kanakan.
“Namun, saya menyebutnya MPR secara keseluruhan yang kekanakan, karena hampir tak ada respons dari anggota MPR lain,” katanya.
Menurut Arif, pernyataan Bamsoet dan Fadel membuat seolah-olah relasi politik MPR dengan pemerintah ditentukan oleh fluktuasi anggaran.
“Jadi, kalau anggaran untuk MPR naik, relasinya bagus. Nanti kalau anggarannya menurun, relasinya jelek. Sebenarnya, fluktuasi ini juga terjadi di hampir seluruh lembaga negara,” tutur Arif.
Kenyataannya, hampir tak ada lembaga negara yang memiliki anggaran tetap saat berganti tahun atau rezim pemerintahan.
Lebih lanjut, Arif memaparkan bahwa perseteruan itu bisa menimbulkan kesan pimpinan MPR membawa problem personal atau particular sebagai masalah kelembagaan.
“Sikap itu justru merendahkan posisinya MPR, karena kita membayangkan MPR adalah satu di antara tiga lembaga penting yang punya kewenangan legislasi,” tandas Arif. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News