GenPI.co - Pengamat politik Yusa Farchan membeberkan bahwa kepentingan politik Indonesia hari ini sudah dibaca oleh oligarki.
Yusa pun menjelaskan bahwa sebenarnya ada hubungan erat antara korupsi dengan sistem politik demokrasi.
Menurut Yusa, korupsi bisa muncul ketika ada pengarahan dan monopoli, tetapi tak ada akuntabilitas.
“Kekuasaan itu cenderung korup dan menyimpang. Semua negara demokrasi pasti mengalami permasalahan ini,” ujarnya dalam diskusi “Bedah Buku Demokrasi, Pemilu, dan Politik Uang”, Selasa (9/11).
Yusa mengatakan bahwa kondisi politik di Indonesia di era Reformasi sudah membaik, bahkan mendapat pujian dari banyak pihak internasional.
Namun, tak sedikit pula peneliti politik yang melihat stagnasi demokrasi di Indonesia.
“Ada perlambatan demokrasi yang dialami oleh Indonesia hari ini akibat meningkatnya peran oligarki,” katanya.
Direktur Eksekutif Citra Institute itu memaparkan bahwa demokrasi Indonesia sudah dibaca oleh kepentingan oligarki.
“Hal ini harus bisa menjadi refleksi kita semua bahwa realitas demokrasi hari ini masih dihadapkan pada praktik demokrasi elektoral yang hanya bersifat prosedural,” paparnya.
Menurut Yusa, demokrasi di Indonesia belum menyentuh secara substansial. Yusa menilai bahwa selama momentum pemilu, nyaris tak ada kemajuan dari cara elit politik menggerakan mesin elektoral.
“Mereka hanya memperebutkan atau mempertahankan kekuasaan,” ungkapnya.
Kondisi tersebut membuat pemahaman masyarakat terkait politik menjadi sempit dan dangkal.
“Hanya sebatas siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana. Setelah itu, pemilih ditinggal oleh para politisi,” ujarnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News