GenPI.co - Ketua Umum Angkatan Muda Ka’bah (AMK), Rendhika D Harsono, membeberkan bahwa hampir separuh anak muda menilai di Indonesia sudah tidak memiliki ruang untuk berekspresi politik.
"Secara konstitusi, perhelatan politik sebenarnya ditujukan untuk memberikan ruang untuk membuat sebuah perubahan," ujar dia dalam acara webinar Suara Milenial Indonesia (SMI), Jumat (17/9/2021) lalu.
Di sisi lain, dia menyarankan, anak muda harus bisa mencari celah untuk ikut berkontribusi dalam menjadi payung pertimbangan dalam perumusan kebijakan.
Apalagi, para anak muda Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari budaya, pendidikan, dan sebagainya.
"Kesejahteraan mereka juga bisa mempengaruhi pola pikir terhadap suatu masalah, sehingga kehadiran mereka diperlukan untuk melakukan check and balances," terang dia.
Rendhika juga menilai isu yang berkembang di masyarakat saat ini sangat menyebabkan polarisasi.
"Dengan adanya buzzer, itu menggiring opini supaya masyarakat pusing mana yang benar dan mana yang salah," tegas dia.
Lebih lanjut, Rendhika merasa bahwa keberagaman media massa juga membuat ramai demokrasi Indonesia.
"Media mainstream dan non-mainstream secara repetitive membangun opini-opini yang sudah ada," jelasnya.
Rendhika turut memaparkan bahwa kondisi tersebut dapat makin diperparah dengan rendahnya literasi digital masyarakat Indonesia.
"Sesama masyarakat bisa saling serang, dengan hate speech atau berita hoaks dan lain sebagainya," tutur dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News