GenPI.co - Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto berpendapat jika Demokrat dan PKS kritis akan mendapat keuntungan pada Pilpres 2024 medatang.
Menurut Satyo, persentase perolehan suara dari metode survei lebih dipengaruhi oleh popularitas dari partai tersebut.
Sehingga angka yang diperoleh menunjukkan memori orang ketika diberikan pertanyaan secara spontan.
"Tipikal pemilih di Indonesia mayoritas romantik akan banyak dipengaruhi oleh ingatan jangka pendek yang sarat dengan rasa atau emosi," ujar Satyo dalam keterangannya, Jumaat (10/9).
Sehingga kata Satyo, tidak heran jika angka yang diperoleh lembaga survei bisa dianggap mempresentasikan subjektifitas pemilih jika dibandingkan dengan perolehan suara PDIP pada 2019 yang mengalami defisit dua persen.
"Sedangkan Gerindra, Golkar dan seluruh partai pendukung pemerintah mengalami penurunan tingkat elektoral cukup signifikan," kata Satyo.
Akan tetapi, menurut Satyo, Partai Demokrat dan PKS justru mendapatkan rebound persepsi masyarakat saat ini.
"Dan bukan tidak mungkin jika mereka bisa mempertahankan komitmen kritis terhadap kebijakan pemerintah, prosentase mereka khususnya Demokra bisa menyodok keurutan 4 mungkin bisa ke 3," jelas Satyo.
Selain itu sambung Satyo, fenomena di Indonesia terkait perolehan kursi partai politik di tingkat nasional akan sangat kuat dipengaruhi ketokohan dari Capres yang diusung oleh parpol.
"Biasanya pemilih tidak memperdulikan lagi partai mana yang mengusung si 'juru selamat' tersebut fenomena ini terjadi ketika Pilpres 2004 yang memenangkan SBY dan 2014 Jokowi," pungkasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News